Anda akan menemukan sampah berserakan, selain itu juga, Anda akan menemukan orang yang berjualan dengan lapak lusuh. Ini kontras dengan keadaan jalan Dago yang modern.
Pernah di suatu daerah, saya menemukan area luas dengan hamparan pemandangan sawah yang sangat indah. Ditengahnya terdapat mesjid yang megah.Â
Tapi sayang, disampingnya terdapat gubuk-gubuk pedagang yang dibangun asal-asalan. Seketika pemandangannya jadi tidak nyaman. Keindahan itu seolah-olah sirna oleh hal kecil. Dan, hal-hal seperti ini, hampir terjadi di semua tempat.
Masih banyak orang yang tertipu oleh slogan-slogan keindahan Indonesia, sebagian malah overproud. Pada hakikatnya keindahan itu hanya dalam sebuah teori. Ketika anda turun ke ruang publik, keindahan itu tidak ada, hanya parsial, dan semu.
Anugerah terbesar Indonesia adalah bentang alam yang indah dan alam yang bersahabat dengan manusia. Tapi, keberadaan manusia dengan cara hidupnya yang keliru membuat semuanya tidak nyaman. Kita terperangkap dalam sebuah kebudayaan/kebiasaan yang keliru. Banyak dari kita yang tidak menyadari hal ini, dan malah menikmati status quo ini.
Kekacauan ruang publik ini adalah kesalahan kolektif yang terakumulasi. Dan generasi saya yang menanggung semuanya. Kita harus mulai mengatur cara hidup kita. Kita harus sadar kita hidup di zaman modern, jangan membawa pemikiran primitif dan mengaplikasikannya ke kehidupan modern.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H