Mohon tunggu...
Yuda Y. Putra
Yuda Y. Putra Mohon Tunggu... Sales - Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Mimpiku semalam, kau datang membawa seorang bayi di tanganmu, uh, tidak aku tidak mau. Bawa kembali!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sunyi dalam Keramaian

10 September 2016   14:57 Diperbarui: 10 September 2016   15:04 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan berjalan seperti tanpa kehadiranku, walau banyak yang sudah kukerjakan bagi keluargaku, seperti semenjak kelahiran adik laki-lakiku, anak laki-laki yang paling ditunggu bapak lahir kedunia itu, membuatku tidak lagi menjadi anak terakhir, menjadikan aku harus dewasa da menjadi kakak perempuan, seorang yang bukan hanya gadis, tapi perempuan dewasa yang siap, mandiri dan segera keluar dari rumah, mungkin segera dipinangkan, itu yang kupikirkan dahulu, sejak sembilan tahun lalu, sejak adikku pertama kali menghirup udara, udara kehidupan yang menyesakkan. Semua pekerjaan untuk rumah akau kerjakan tanpa perintah, mencuci baju, piring, gelas, sendok dan garbu, menyapu rumah, halaman, dan mengusap berbagai perabot dari debu, semua kukerjkan tanpa perintah, kecuali memasak, aku hanya memabantu mengupas bawang sejauh ini, tak pernah aku belajar, bahkan diajari tidak, bukan maksud aku tak ingin belajar, tapi tak pernah aku diperintah untuk apapun.

Walau semua aku kerjakan, ketika tak kukerjakan tak ada yang melarang, semua berjalan seperti tidak ada persoalan, seperti apa yang kukerjakan, jika tidak dikerjakan masih cukup mampu ibuku mengerjakan, juga kak perempuanku, kubantu ia menemani keponakanku ketika ia mandi misal, tak perah ia bergantung padaku, ada aku atau tidak ada aku, semua berjalan seperti kehidupan ini sudah biasa.

Seperti hari ini, walau aku hanya duduk diteras, sambil menyimpulkan kaki, merangkulnya, kehidupan ini berjalan seperti biasa, tak ada yang memarahiku, menyuruhku, menayaiku atau menoleh padaku, kurasa.

Kuperhatikan dihari minggu ini, begitu ramai, begitu hidup, aku hanya duduk diteras, tidak seperti biasa, tidak membersihkan apapun bahkan diriku, samapi jam tujuh ini aku masih berpiyama, tak ada persoalan, tak ada keluhan.

Kurasai dalam telinga sura kehidupan, sura tangis keponakan perempuanku dari kamar kak permpuanku, suara ibuku yang menggelegar membangunkan adik laki-lakiku, suara sibuk gergaji mesin, suara ketukan bengkel seni milik ayahku, suara suami kakak perempuanku yang mencoba menenangkan anaknya, keponakanku, sura kehidupan.

Tidak ada, tidak ada yang menegurku, kehidupan ini masih ramai tanpaku, aku rasai kulitkku yang halus, warna kulitku mempesona dan mengundang banyak lirikan pejalan kaki, juga yang bersepeda yang melintas di jalan depan rumahku, rasa-rasanya, mengapa mereka itu, mengapa? Lirikannya terasa menjijikkan, aku muak dengan lirikan itu, cantikkah aku? Teman yang dahulu memandangku sebagai sesama monyet, petualang, pemanjat dan pencuri jambu haji slamet, kini memandangku hanya sebagai seonggkok daging karya seni indah Tuhan, mendapati aku sebagai pialanya, itu yang aku pikirkan dari pandangannya, juga pandangan orang yang lalu lalang, aku muak!

“mbak sa,” manja seorang adik meminta perhatianku.

Kusambut ia dengan senyum seperti senyum seorang ibu kepada anaknya.

“mbak sa gak mandi? Ibuk nyuruh aku mandi, mbak sa mandi juga donk,” protesnya kepaku yang baginya, mungkin iri kepadaku yang tak pernah dihardik.

“ia, nanti, kamu mau permen?” tawarku dengan senyum.

“ia mbak sa, beliin yo,” senyum indah manja menyertai sambutannya atas tawaranku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun