Situasi saat ini sangat jauh berbeda dengan situasi saat AS dan sekutunya menginvasi Irak pada tahun 2003. Selain dikarenakan hebatnya kekuatan ekonomi dan militer AS beserta sekutunya, pada tahun 2003 invasi ke Irak juga didukung oleh beberapa negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Iran yang menjadi musuh utama Irak. Sehingga AS dan sekutunya dapat menginvasi Irak tanpa hambatan yang berarti.
Akan tetapi, pada saat ini Iran merupakan negara yang memiliki pengaruh kuat di kawasan Timur Tengah. Hal ini dapat dibuktikan di kawasan Timur Tengah, Iran merupakan negara proxy yang dapat menjadikan beberapa negara lain di kawasan Timur Tengah sebagai negara satelit yang mendukungnya. Contohnya adalah Lebanon dan Yaman. Kedua negara tersebut merupakan negara yang terang -terangan menjadi negara sekutu Iran di Timur Tengah. Kemudian ditambah adanya beberapa kelompok milisi Syiah yang turut mendukung Iran di Suriah dan Irak. Selain itu Iran juga disinyalir memberikan bantuan kepada pejuang Hamas di Palestina, sehingga menambah kuat pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah.
Jika pada invasi Irak tahun 2003 AS dan sekutunya hanya berkonsentrasi menyerang Irak, maka saat ini situasinya akan sangat berbeda. Hal itu disebabkan saat ini AS tidak dapat memfokuskan invasi militernya ke Iran saja, tetapi AS juga harus membantu negara sekutunya di Eropa dan Asia Pasifik dalam rangka menghadapi invasi Rusia dan ancaman militer Cina. Sehingga, jika AS melakukan invasi ke Iran secara langsung maka AS maupun negara sekutunya di Timur Tengah akan mendapat perlawanan yang sengit dari Iran dan negara-negara yang menjadi pendukung Iran seperti Lebanon dan Yaman. Disamping itu, AS juga pasti akan menghadapi serangan yang mematikan dari kelompok militan Syiah yang berada di negara Suriah dan Irak.
4. Â Â Kehadiran BRICS yang Mengancam Kekuatan Ekonomi AS.
BRICS, adalah organisasi ekonomi yang menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian AS. Hal itu dikarenakan saat ini organisasi BRICS telah memiliki kesepakatan bahwa transaksi yang dilakukan oleh antar anggotanya tidak akan menggunakan dollar AS. Hal tersebut tentu akan mengancam perekonomian AS, karena dedolarisasi yang dilakukan oleh negara anggota BRICS akan melemahkan nilai dollar AS sehingga menimbulkan dampak langsung terhadap perekonomian AS. Dengan melemahnya ekonomi AS, negara tersebut akan mengalami kesulitan menggelar operasi militer.
    Dengan adanya penjelasan di atas tentu kita dapat menyimpulkan bahwa saat ini opsi invasi secara langsung ke Iran merupakan hal yang kecil kemungkinan dilakukan oleh AS dan sekutunya. Meskipun AS memiliki sekutu di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Qatar, Bahrain dan Yordania, akan tetapi invasi yang dilakukan ke Iran hanya akan membahayakan dan merugikan AS dan negara sekutunya di kawasan Timur Tengah. Terlebih saat ini situasi geopolitik dunia tidak stabil, sehingga AS harus berhati-hati dalam mengerahkan kekuatan militernya. Sehingga tidak menimbulkan kerugian pada AS terutama kerugian personel, persenjataan serta kerugian ekonomi akibat invasi yang dilakukan oleh AS dan sekutunya ke Iran.
Sumber Referensi :
* Â Â https://mecouncil.org/blog_posts/can-brics-really-drop-the-dollar/
* Â Â https://www.cfr.org/article/mapping-growing-us-military-presence-middle-east
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H