Mohon tunggu...
Yulie Kusuma
Yulie Kusuma Mohon Tunggu... Penulis - writer - blogger

Penulis dan blogger yang menjadikan tulisan sebagai cara untuk berbagi ide dan inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Warisan Tradisi Perempuan dalam Transisi Energi Lokal

20 Juni 2024   07:55 Diperbarui: 20 Juni 2024   08:09 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Aku tidak terlalu memperhatikan lingkungan sekitar sampai akhirnya berumah tangga. Bagaimana pemakaian listrik bila tidak kendalikan akan berimbas pada tagihan yang cukup membengkak. Atau pentingnya ada ruang hijau di rumah karena akan membuat tempat tinggal jadi lebih nyaman. Kepada siapa aku akan bertanya kalau bukan pada ibu?

Tentu bukan hanya aku saja yang merasa begitu? Bahkan kalau seorang anak pergi kos atau mengontrak rumah karena alasan kuliah atau kerja, baru kita merasakan nyamannya rumah. Dengan semua kesibukan ibu, aku kembali terheran-heran bagaimana beliau memiliki energi untuk membuat rumah yang nyaman dan juga hemat. 

Rahasia Rumah Nyaman Ditangan Perempuan Kreatif dan Berwawasan 

Isu keberlanjutan dan perlindungan lingkungan semakin marak. Oleh karena itu, transisi energi lokal menjadi salah satu hal krusial saat ini. Kita bisa melakukannya bahkan dari kenyamanan rumah sendiri. Sebenarnya ini bukan suatu hal baru dan bahkan sudah dibicarakan untuk beberapa waktu. 

Kita juga sebenarnya mungkin pernah dan sedang melakukan transisi energi lokal. Hanya saja kita tidak menyadarinya. Mungkin sesuatu aturan yang ibu kita terapkan di rumah tanpa berceramah panjang lebar tentang energi terbarukan dan praktik berkelanjutan. Apa saja warisan tradisi yang terkait dengan hal ini? Ini adalah beberapa hal yang terjadi di rumah kami. 

  • Membuka Tirai dan Matikan Lampu : Ibuku selalu melakukan hal ini di pagi hari, bahkan di kamarku. Memang sepertinya beliau melakukannya untuk membangunkan seisi rumah. Tapi, kita jadi terbiasa mendambakan sinar matahari alami dari pagi-pagi sekali. Lalu, dilanjutkan dengan mematikan lampu dan menikmati cahaya natural yang masuk. Aku rasa itulah hal paling penting untuk rumah yang nyaman, penerangan cukup khususnya secara alami. 

  • Memakai Sepeda : Ibu masih memiliki sepeda yang dipakainya untuk berbagai hal. Mulai dari belanja sampai ke tempat kerja yang tidak terlalu jauh dari rumah. Aku pernah menawarkan sepeda listrik dan bahkan motor, tapi ditolaknya dengan tegas. Selain berpolusi, motor atau sepeda listrik tidak membantunya untuk berolah raga. Aku yang tadinya berpikir2 untuk membeli sepeda listrik, jadi mengurungkan niat. 

  • Kebiasaan Mematikan Lampu: Siapa yang memiliki kebiasaan mematikan lampu? di keluargaku ada nenek. Beliau akan bercerita panjang lebar bagaimana rumah di kampung bisa terang hanya dengan petromak. Dengan sering mematikan lampu, beliau percaya kita akan bisa memakai lampu untuk hal penting saja. Untungnya kini ada banyak lampu hemat energi yang bisa aku pakai agar tidak selalu harus mati dan menyalakan lampu secara terus-menerus. Selain lebih praktis, adanya jenis lampu ini memakai energi lebih sedikit untuk terang yang sama dengan lampu lain. 

  • Mencabut Elektronik: Kalau ibuku memiliki kebiasaan yang agak berbeda. Dia tidak tahan melihat colokan yang menempel dengan sekelar. Jadi, kalau datang kerumahku, bisa dipastikan tentu semua elektronik akan mati dan perlu dicolokkan ulang. Merepotkan? tidak terlalu tapi aku juga paham dengan kekhawatirannya. Koslet dan hal lain bisa membahayakan diri. Tapi setelah ada sekelar stand by, hal ini bisa teratasi dengan sendirinya. 

  • Bercocok Tanam: Apakah Ibumu bercocok tanam? ibuku iya, mertuaku juga. Sulit sekali mencari waktu untuk bisa melakukannya. Hanya hal ini yang paling tidak aku ikuti dari kebiasaan ibu yang menurutku patut ditiru. Kemudian, ibu belikan pot pot kecil di dapur dan menanam dari akar daun seledri di kulkas yang sudah mulai layu dan mengajarkan beberapa trik sederhana untuk berkebun di dapur. Jadi deh rumah yang lebih hijau dan taman kecil-kecilan di rumah. Walau sebenarnya, untuk mengurusnya sehari-hari aku masih perlu bantuannya.  

  • Daur Ulang : Orang dulu memang paling hebat dalam berhemat. Bekas botol plastik bisa disulap jadi hiasan, vas dan berbagai benda bermanfaat lainnya. Ibuku juga melakukannya. Kami menyimpan potongan sisa makanan dan menjadikannya kompos. Sekarang aku lebih terbantu, ada banyak kantong kompos yang dijual secara bebas. Kini perkembangan teknologi benar-benar memudahkan proses yang dahulunya cukup merepotkan. 

Itulah beberapa hal yang aku pelajari dari para perempuan di sekelilingku. Mereka punya kebiasaan sehat yang sebenarnya sangat mendukung penghematan energi. Aku jadi lebih terbuka dengan berbagai perkembangan teknologi yang mendukung hal-hal serupa. Transisi jadi lebih mudah dan terasa lebih alami. 

sumber canva
sumber canva

Transisi Energi Lokal Dengan Perkembangan Teknologi

Bagaimana mempertahankan semangat keberlanjutan sekarang? Aku cukup beruntung berada di momen modern saat banyak produk aman dan ramah lingkungan ada dimana-mana. Itu pula yang ibuku dorong untuk aku perhatikan dan adopsi pada keluarga kecil kami. Memang transisi tersebut juga berarti pemakaian teknologi yang masih jarang dan langka.

  • Memasang Solar Panel : Solar panel pada masa ibuku sangatlah mahal. Don't get me wrong, untuk aku dan suamipun masih tergolong barang mewah. Tapi tidak  semahal ketika di saat ibuku menginginkannya. Kini terdapat beberapa perusahaan yang bisa dengan mudah kita hubungi untuk memasang solar panel sendiri di rumah.  Kita juga bisa membandingkan harga dari beberapa opsi. Bahkan sudah banyak marketplace online yang menyediakan jasa pasang solar panel dengan sistem angsur. Sekarang akses untuk energi yang lebih hemat jadi lebih mudah. 
  • Mewariskan Kebiasaan Berkelanjutan : Hal paling sulit adalah menularkan kebiasaan baik. Sebenarnya perempuan di sekeliling kita pernah membagi tips untuk memelihara kehidupan yang lebih sustainable. Kita hanya perlu lebih jeli melihat dan memilah-milahnya. Kita pun bisa membagikan pengetahuan kita tanpa harus pergi jauh. Aku berbagi ilmu yang ibuku ajarkan pada murid-muridku di sekolah. Bagaimana membuat taman kecil di sekolah dan milah sampah dan juga berdaur ulang. 

Kalau kita menggali lebih dalam, sebenarnya tiap keluarga tentu memiliki warisan tradisi yang dapat memperkuat transisi energi lokal. Bisa dengan kebiasaan keluarga yang kita anggap sepele atau sesuatu yang memang dibagi dan informasikan untuk merubah perilaku dan pola pikir. 

Kepedulian untuk Energi Baru Terbarukan atau EBT dapat kita dapatkan dengan bergabung bersama komunitas seperti Oxfam. Platform ini mengangkat berbagai isu keberlanjutan dan juga peranan perempuan.  Transisi Energi Adil adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindari. Jadi, perhatikan sekeliling kita siapa tahu sebenarnya kita sudah melakukan penghematan energi. 

Dengan dorongan positif, siapapun bisa melakukan transisi energi dengan baik. Satu hal yang pasti, aku akan bagi dan ajarkan apa yang ibuku lakukan yang berkaitan dengan sustainabilitas. Suatu hal yang ibuku dapatkan dari ibunya. Kita mulai dengan cakupan terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Kemudian, mungkin bisa memiliki dampak lebih besar seperti di lingkungan sekitar dan semoga bisa lebih luas lagi. Para perempuan pasti bisa menemukan cara untuk menyebarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun