Â
Bagi Nuraeni sendiri, dalam memaknai karya-karyanya yang dihasilkan di Bali atau setelahnya memang sebagai pengikat peristiwa maupun pengembangan baru. Pengalaman mengolah kekuatan visual bersama Hendra Gunawan selama tinggal di Bali tanpa ia sadari telah mempertajam daya imajinasinya dari liar menjadi tertata. Masa lalu memang menjadi begitu sangat penting sebagai pembangun ruang kesadaran maupun kesadaran ruang bagi Nuraeni.
Â
Sejak mula, ketika keputusan untuk memindahkan studio suaminya Hendra Gunawan ke Bali, Nuraeni seperti akan mendapatkan pengalaman baru yang lain. Pengalaman itu ia pandang sebagai hadiah setelah keluar dari Penjara Kebon Waru Bandung. Pulau Bali kala itu memang dianggabnya sangat jauh dari rumahnya di Bandung, namun yang lebih penting adalah selalu bisa bersama dalam menjaga dan berbakti pada suaminya dimanapun berada.
Nuraeni HG semakin terampil memasukkan tangkapan unsur-unsur visual tentang Bali ke dalam karya-karyanya sendiri, menciptakan karya demi karya yang menawan yang mencerminkan suasana hatinya dan kehidupan tradisi Bali yang kaya. Selain itu, perhatian Nuraeni terhadap detail dan sapuan kuas yang teliti mencerminkan ketepatan yang ditemukan dalam menikmati dan merasakan suasana Bali bersama suaminya, saling mendukung dalam memperkaya ruang kreasi.
Nuraeni sampai saat ini melalui lukisannya memang masih terpengaruh kuat akan masa lalunya. Tetap membahas masalah sosial, pelestarian budaya, dan dampak modernisasi terhadap cara hidup tradisional. Kehadiran Nuraeni dalam pameran bersama "The Land of Art" di Kempinski Hotel Nusa Dua Bali, menjadikan ajang bagi dirinya untuk kembali pulang menengok kesadaran seninya.
Melalui karya-karya yang ia hadirkan, baik melalui karya terbarunya maupun lampau, baginya keduanya sama-sama memiliki pertalian yang kuat. Kesemua itu menurut Nuraeni hanyalah persoalan dalam memahami masa kreatifnya, terutama terhadap karya yang ia hasilkan saat ini yang dipandang memiliki keterkaitan akan masa lalunya. Karena kerinduan berkeseniannya di Pulau Bali memang membuatnya tak pernah merasa tertinggal oleh hakikat waktu.
Maka bagaimanapun pada karya-karya Nuraeni HG dan Hendra Gunawan di pameran The Land of Art, terlihat seperti menemukan suasana yang lebih dari sekadar pameran lukisan mereka, namun terciptanya suasana kegembiraan, suasana cinta yang tidak mengenal batas-batasnya, dan suasana keindahan yang menakjubkan, buah hasil ketabahan mendampingi dan menjaga suaminya, sampai akhir hayat di pangkuannya.
Pelukan terakhir Nuraeni pada Hendra Gunawan di Rumah Sakit Sanglah Denpasar seakan meneguhkan kekuatan cinta mereka yang tidak pernah padam. Cinta tak tertandingkan untuk suami dan nama besar yang disandangnya. Terlepas dari masa lalu yang suram, Nuraeni sampai saat ini pun tetap berusaha dengan keras untuk menjaga dan melindungi harkat, martabat maupun marwah Hendra Gunawan.
Â
Seperti yang dikatakan Maulana Jalaludin Rumi, "Perpisahan hanyalah bagi yang mencintai dengan kedua matanya. Sedangkan dia yang mencintai dengan jiwa dan hatinya tidak ada kata perpisahan." Jiwa dan hati Nuraeni tidak terbatas pada ruang dan waktu. Cintanya juga bukan hanya memberikan harapan besar kepada mendiang suaminya, tetapi juga bertindak sebagai cahaya penuntun, mengingatkan dirinya bahwa ada sesuatu yang diamanahkan, menjaga nama besar dan karya-karya Sang Maestro Hendra Gunawan adalah janji suci, dunia maupun akherat. (Bali 02.08.2023)