Sebenarnya Teja ingin menulis kata-kata "aman bro" pada kera yang berada di depan helicopter. Karena angin kencang dari baling-baling  dan suara mesin helicopter yang kencang, teriakan aman bro itu tidak terdengar, jadinya hanya ruang kosong tak tertulis apa-apa. Sekali lagi begitulah cara Teja menjadikan hal yang tidak jamak menjadi sesuatu yang menggelikan perut.
Ketika saya tanya apa yang spesial dari kehadiran pesawat-pesawat dalam karyanya?. Menurut Teja, pesawat dalam karyanya adalah bagian dari kerinduan dan cintanya kepada ayahnya. Kerinduan dan cinta itu sekaligus pula memperkaya ruang fantasinya.
Lukisan-lukisan tentang pesawat menurutnya akan terus ia eksplorasi bersama kisah-kisah wayang yang menggambarkan kehidupan modern yang sangat komplek dan penuh permasalahan. Ketika penikmat karyanya bertanya kenapa baru sekarang muncul pesawat-pesawat?. Pastinya Teja akan tersenyum, karena pertanyaan itu jawaban sebenarnya sudah ia kerjakan pada masa lalunya.
Memperhatikan kembali karya-karya lukisan Teja Astawa yang menghadirkan pesawat sebagai penegas lukisan terbarunya, saya kira ini merupakan sebuah "keberhasilan", dimana ia tidak mau berhenti di cap sebagai pelukis yang hanya memainkan figur-figur wayang dan kera dengan pengulangan-pengulangan beda cerita. Kendati telah diketahui pemahaman atas karakter obyek yang dilukis Teja, apapun itu jagad flora dan fauna, laut dan pantai, kehidupan pariwisata di tanah kelahirannya, kritik sosial dan lingkungan hidup, ia tetap menjaganya dengan suasana riang dan jenaka.
Pesawat-pesawat Teja Astawa saya rasakan benar-benar berhasil menyulut suasana hati. Ada keunikan baru yang muncul seolah-olah tanpa ia sengaja, namun sejatinya telah ia rancang menjadi cerita baru. Seperti halnya kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata pada lukisan-lukisan terdahulunya yang ia gubah menjadi cerita baru nan jenaka, maka pada lukisan seri pesawat sudah jelas mulai muncul banyak kisah yang penuh hayalan nan jenaka.
Banyak hal tentunya yang telah diperoleh Teja ketika ia harus membangkitkan kembali memori visual atas kenangan masa lalunya. Meski ia menyadari pemahaman tentang dunia pesawat yang dimiliki TNI Angkatan Udara terkini belum sepenuhnya dipahami, ia berkeyakinan tetap ingin mengikat hatinya secara dekat dengan dunia dirgantara Indonesia. Karya-karya lukisan Teja yang bercerita tentang pesawat, seperti halnya sebuah penemuan yang tidak sia-sia. Sederhanya Teja sedang menyiapkan landasan pacu sebagai titik berangkat mengajak kita semua untuk mencintai dunia dirgantara Indonesia. Â [Yudha Bantono.02.07.2023]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H