Sedangkan saat dipancing pertanyaan mengenai kisah asmara saat bersama di rumah tahanan Kebon Waru?, Nuraeni hanya tersenyum dan mengatakan "pastilah banyak", termasuk bagaimana kecemburuan penghuni rumah tahanan lainnya yang juga menaruh hati padanya.
Pergerakan, tematik dan upaya menjaga identitas kekaryaan Nuraeni
Pada dasarnya Nuraeni sebagai seniman memang terlahir atas pengaruh kondisi zaman, dimana dunia pergerakan atau perlawanan yang menuntut hadirnya rasa keadilan sosial bagi masyarakat. Maka tidaklah mengherankan bila baik Hendra Gunawan dan Nuraeni karya-karyanya banyak membicarakan perihal kerakyatan.
Jean Couteau mengatakan bahwa baik karya Hendra Gunawan dan Nuraeni memang membahas tentang kerakyatan, namun tidak dihadirkan atas konflik tapi justru terlihat harmoni. Berbeda dengan karya-karya seniman barat bila membahas isu sosial kemasyarakatan bisa dihadirkan secara keras, baik secara vulgar maupun simbolisme.
Ada yang menarik ketika ada yang mempertanyakan bahwa melihat karya Nuraeni memiliki kemiripan dengan karya Hendra Gunawan ?. pertanyaan ini langsung direspon oleh Risa Permanadeli, menurut Risa  adalah wajar bila selama ini banyak orang masih mempersoalakan watak atau style dari lukisan Nuraeni serupa dengan  suaminya Hendra Gunawan, sehingga orang selalu mengatakan ia meniru dan lain sebagainya.Â
Karena sebetulnya apa masalahnya kalau ia meniru ?, lebih lanjut menurut Risa alasan seorang Nuraeni karena memang ia disuruh melukis oleh Hendra Gunawan dan diajari. Dan dalam kontek belajar tersebut, harus dicatat bahwa selama lima tahun dirinya betul-betul di-drill dari pagi hari hingga sore hari. Dalam arti tertentu, sebetulnya kesemuanya adalah  keinginan Hendra Gunawan untuk memproteksi Nuraeni, tetapi waktu lima tahun itu membuat Nuraeni memiliki kontak yang paling intensif bersama Hendra Gunawan.
Bila ada yang mengatakan karya Nuraeni kok mirip dengan Hendra Gunawan, tentu jawabnya sudah sangat jelas, bahwa selama kegiatan melukis dengan Hendra Gunawan, mau tidak mau pasti akan menurunkan seluruh pengetahuan yang dimiliki oleh Hendra Gunawan, misalnya entah itu cara menggerakkan atau menggoreskan kuas, cara mencampur warna, cara membikin anatomi, dan sebagainya. Sehingga dengan sendirinya ketika ia akan melukis, kebanyakan yang keluar adalah apa yang dia peroleh selama lima tahun bersama sang guru.
Rizki A. Zaelani selaku kurator pameran, mengatakan bahwa bagi seorang Nuraeni HG, bisa jadi, lukisannya adalah sebuah bidang kiasan tentang 'penjara hati.' Bidang lukisan yang diperkenalkan pada Nuraeni, disekitar akhir tahun 1960'an, adalah bidang imajinasi tentang 'jendela' yang justru mengunggulkan cara-cara penggalian dan pengungkapan dunia-dalam diri manusia. Nuraeni tak menghayati jendela lukisan sebagaimana para pelukis pemandangan alam membayangkan hamparan keindahan alam yang terletak 'di balik' bingkai kanvas lukisan.
Lebih lanjut menurut Rizki, Nuraeni belajar mengenal dan memahami bahwa pokok yang molek dalam ekspresi sebuah lukisan justru adalah kesatuan kekuatan hidup yang dipancarkan oleh interaksi kehidupan orang-orang biasa diantara hamparan alam yang tidak hanya indah tetapi juga mengandung misteri hidup yang tak terukur. Cara belajar Nuraeni membiasakan dirinya untuk memahami gambaran dinamika kehidupan orang-orang biasa sebagai wujud pernyataan ekspresi seni yang tidak biasa.
Bagaimana menjaga identitas karya Nuraeni?. Menurut Risa Permanadeli persoalannya bukan pada kemiripan atau tidak, namun pada pasar yang akan mendikte, ini berlaku bisa pada Nuraeni atau siapa saja untuk membikin produk karya sesuai keinginan pasar. Tentunya menurut Risa, hal itu yang lebih berbahaya karena pasar yang menentukan dia sesuai permintaanya, dalam kedudukan seperti ini tentunya dikembalikan ke Nuraeni sendiri.Â
Kalau dulu melukis di penjara dipaksa belajar, kemudian dia keluar menemani dan mendampingi  Hendra Gunawan sampai akhir hayatnya, sekarang sebetulnya harus mempertanyakan kembali kenapa dia mau melukis. Karena itulah sebetulnya yang menentukan dia melukis bukan diminta karena ada pesanan seperti Hendra Gunawan ketika dalam penjara menjadi otonomi dari karya Nuraeni. Sekarang sepenuhnya berada ditangannya Nuraeni apakah dia akan ikut pasar ataukah dia mengekor atau tidak sama sekali. "Dua hal yang lain sekali", tambah Risa.