Sebenarnya sedari mula saya memiliki pertanyaan tentang karya Sungai Rhain, mengapa Wianta mengesampingkan konteks kehidupan masyarakat di sekitarnya, dan hanya tertuju pada air dan aliran air saja, bukankah karya-karyanya yang selama ini ditampilkan pada publik sangat lekat dengan kehidupan sosial kemasyarakatan.Â
Lagi-lagi saya hampir terkecoh, pada diskusi dengan Urs Ramseyer saat kunjungan ke Basel 2013 di atas kapal menyusuri Sungai Rhain sampai perbatasan Jerman mengatakan Wianta memiliki kode-kode untuk meyampaikan apa yang terjadi dalam kehidupan sosial, melalui  kode-kode atau simbol-simbol itu ia berbicara tentang peradaban air.Â
Saya pun mulai melihat gerakan air di setiap daerah yang dilalui kapal dengan kehidupan pedesaan, industri, bangunan-bangunan tua maupun saksi perang dunia ke dua serta castle yang indah. Â Â
Jalan liku project Sungai Rhain telah membawaku melintasi waktu, dan mendidikku untuk semakin memahami karya-karya Made Wianta. Bagaimana ia berproses kesemuanya dengan penuh kajian.Â
Ia tidak membuat karya asal jadi dan indah, namun perenungan, pengamatan, pengembangan sampai menuju karya, adalah proses kerja intelektual.Â
Ketika di saat penghormatan terakhir pada Wianta, saya menaruh harapan karya seri Sungai Rhain dapat ditunjukkan ke hadapan publik seni rupa Indonesia bahkan dunia.
Karena sejatinya karya-karya ini banyak berbicara tentang kekinian terhadap apa yang terjadi melalui bahasa kode dan simbolisme air yang didialogkan dari barat ke timur, seperti memutar arah terbitnya matahari. (Catatan Perjalanan bersama sang maestro Made Wianta, Rhain Project #2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H