Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kazunobu Yanagi, Energi Dialog Akar Budaya Asia

6 Agustus 2018   10:52 Diperbarui: 6 Agustus 2018   12:15 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila berkunjung ke Ubud Bali, singgahlah ke Bidadari Mandala Art Gallery, tepatnya di Desa Mas. Bidadari Mandala sedang memamerkan karya-karya seni rupa kolaborasi antara Jepang dan Indonesia. Tiga seniman Jepang Kazunobu Yanagi, Yasu Suzuka, dan Minako Hiromi berkolaborasi dengan seniman wanita Indonesia Trie Utami.

Semangat akar budaya asia, penghargaan terhadap alam, kontemplatif, spiritual, dan penuh kedamaian, demikian kesan kesadaran artistik yang diusung seniman yang berpameran, syarat dengan pesan filosofi bagi kebaikan di muka bumi. 

Kepiawaian tiga seniman Jepang yang membawa persepsi kebudayaannya terlihat menyatu sebagai rangkaian jalinan dialog dalam mencipta karya yang universal.

Performance Art, Kazunobu Yanagi, foto penulis
Performance Art, Kazunobu Yanagi, foto penulis
Pameran seni rupa yang akan berlangsung dari tanggal 4 sampai 25 Agustus 2018, memberikan kesan yang mencoba memahami masalah kesamaan pandangan terhadap budaya Jepang dan Indonesia. Pameran ini sekaligus sebagai penanda 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang.

Judul pameran "Teratai Salju", dari namanya dapat dipahami sebagai simbol kuat akan hadirnya upaya penyucian alam jagad raya demi kebaikan dan kedamaian. Teratai Salju sendiri tumbuh di pegunungan Jepang yang bersalju dan mekar di air suci, serta dipercaya sebagai air suci surgawi.

Pada pembukaan pameran (4/8) Kazunobu Yanagi membuat performing art yang di respons Trie Utami. Kazunobu mengungkap sisi kehadiran dirinya yang merupakan bagian dari alam dengan simbolisme elemen-elemen seperti air, tanah, api, udara dan ruang angkasa, dihadirkan dalam rupa gerak, suara, dan warna. 

Kazunobu menuangkan kelima unsur elemen itu kedalam kanvas yang dibentangkan di atas tanah. Proses penciptaan karya yang diawali dengan membubuhkan lem, menabur arang bambu halus, melukis dengan kuas bambu dengan beragam warna. Ruang yang direspons oleh Kazunobu sebagai kesadaran terlihat kuat sebagai simbol perlakuan bahwa dirinya bagian dari alam itu sendiri.

Kazunobu Yanagi dan karya
Kazunobu Yanagi dan karya
Apa yang diadaptasi diatas kanvas yang pada akhirnya sebagai karya, ternyata tidak langsung hadir sebagai respons saat itu. Kazunobu bulan Desember tahun lalu telah datang ke Bali, ia melakukan riset lebih awal. 

Memahami konsep kebudayaan dan alam, termasuk Gunung Agung sebagai pusat kekuatan energi spiritualitas. Ia memadukan apa yang diamati dengan kedekatan pembacaan panjang yang menggiring dirinya menciptakan karya melalui proses kreatif. 

Kazunobu menuturkan  bukan sebuah kebetulan bila menaruh hormat pada konsep dan filosofi Hindu Bali tentang proses penciptaan alam jagad raya dan manusia yang dikenal dengan Panca Mahabhuta.  

Dan ini sangat universal, karena kepercayaan di Jepang juga sama. Selanjutnya, Kazunobu memberikan judul karyanya "Ki" yang artinya energi. Melalui energi menurutnya akan membawa ingatan pada proses penciptaan serta perjalanan kehidupan sampai mencapai keharmonisan atau keseimbangan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun