Sekali lagi, festival jazz ini sangat menarik, bahwa Sanur Mostly Jazz Festival yang ingin meletakkan perhelatan musiknya sebagai bagian dari karakter desa dan masyarakat Sanur yang terbuka dan egaliter ini tetap dikemas dalam panggung di tepi pantai. Untuk itu Indra memang sadar betul, bahwa ketika kekuatan magis maupun ekologis pantai akan ia dijadikan spirit identitas dalam pelaksanaan festival.
Lebih lanjut menurut Gusde, masyarakat pecinta dan penikmat musik jazz setidaknya akan mendapat sajian porsi yang lebih dari program musik dan pagelaran seni di panggung SVF. Melalui Sanur Mostly Jazz Festival diharapkan dapat membumikan kembali makna Bhinneka Tunggal Ika. Kita sangat paham kondisi negeri saat ini, dengan musik jazz semoga pula dapat mendekatkan serta merekatkan persatuan, persaudaraan, cinta dan kasih sayang sesama anak bangsa, tambahnya.
Mewarisi semangat jazz yang kreatif, interaktif, dan kolaboratif, Gusde berharap momen musikal ini menghadirkan optimisme terhadap perubahan yang lebih baik melalui perspektif musik. Seperti halnya improvisasi dalam jazz, festival ini berambisi bisa menginspirasi kehidupan bukan hanya lingkup sosial yang kecil, melainkan menjangkau yang lebih luas: rakyat, bangsa dan negara.
"Untuk citraan pariwisata, tentu acara ini bakal berkorelasi dengan perikehidupan pariwisata yang telah menjadi napas keseharian masyarakat Bali pada umumnya, dan Sanur khususnya. Kami berharap festival jazz ini melengkapi sejumlah aktivitas yang telah ada dan memberikan sumbangsih untuk mendatangkan sebanyak mungkin peminat jazz dari berbagai penjuru dunia ke Bali", tambah Gusde Sidharta yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Denpasar. (Yudha Bantono, SMJF 2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H