Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ruang Imaji Sore Bersama Le Mayeur

13 Juni 2016   16:57 Diperbarui: 19 Juli 2016   10:16 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rosodaras.wordpress.com

Lukisan Le Mayeur kebanyakan memang mengangkat Ni Pollok sebagai pencitraan utama. Selain model dari istrinya itu, ia juga menempatkan wanita-wanita Bali lain sebagai obyek di lukisannya. Wanita-wanita sedang menari, melaksanakan upacara adat dan agama, serta beragam kehidupan dalam suasana kegembiraan. Le Mayeur memang sangat kagum akan keindahan alam Bali dan budayanya, maka tidaklah heran bila dalam karya-karya lukisanya keindahan itu selalu ia hadirkan. 

Di dalam Museum Le Mayeur saya melihat beberapa karya duplikat yang sudah mulai buram. Ada karya dengan latar belakang menggambarkan keindahan taman dengan aneka bunga, teratai yang tumbuh menghiasi permukaan air kolam, bangunan rumah terbuka berarsitektur Bali serta keindahan  tepi pantai Sanur. Kesemuanya itu ia hadirkan secara alami dan sangat indah. 

Saya mulai berfikir, mungkin inilah salah satu kehebatan karyanya, membuat deskripsi serta narasi indah yang menyihir publik dunia untuk  tahu seperti apa indahnya alam dan budaya Bali, tentu sekaligus dapat mengunjungi studionya.

Beruntung saya telah melihat beberapa karya original Le Mayeur di Museum Pasifika Nusa Dua, sehingga saya paham dan dapat  merasakan bagaimana lukisan gaya impresionis itu begitu dahsyat teraba mata. Sapuan kuas yang tebal bertekstur dengan perpaduan warna kontras benar-benar terlihat begitu segar, dan sekali lagi sangat indah.

Ketika seorang Le Mayeur merasa perlu untuk membawa kemolekan tubuh wanita Bali dan keindahan alam Bali dalam konteks seni rupa, apa yang coba ditularkan kepada audiens yang belum pernah datang ke Bali ?. Itulah yang terjadi, audience akan memiliki keinginan untuk lebih mengenal siapa modelnya, dan seperti apa keindahan budaya dan alam Bali.

***

Waktu demi waktu berjalan, Le Mayeur menjadi pelukis ternama di Bali. Publik duniapun semakin penasaran akan kecantikan Ni Pollok sebagai model lukisannya. Tamu-tamu dari belahahan dunia mulai berdatangan berkunjung ke Bali. Studio Le Mayeur tidak pernah sepi. Ada saja pengunjung yang ingin langsung melihat sang model, berkenalan, meminta foto bersama, melihat karya sampai membelinya. Le Mayeur dengan ketenarannya menikmati buah kesuksesan. Dari situlah kemudian ia terus bisa membangun studionya menjadi lebih luas dan bagus.

Suatu ketika kemasyhuran Le Mayeur sampai juga ke istana negara,  Presiden Soekarnopun sebagai pencinta seni tercatat dalam sejarah  berapa kali pernah mengunjunginya. Pada Bulan Juni 1950, Presiden Soekarno mengajak tamu negaranya yang sekaligus sahabat dekatnya yaitu Pandit Jawaharlal Nehru kesana. Soekarno memperkenalkan Le Mayeur kepada Nehru dan disinilah terjadi peran apresiasi seni yang semakin menambah daya pukau siapa dirinya. Soekarno memang sangat mengagumi sosok Le Mayeur dengan karya-karyanya. Kunjungan  seorang Presiden kemudian berlanjut menjadi pertemanan. Itulah Soekarno dengan jiwa dan pemikiran seninya melewati batas resmi sebagai kepala negara.

Ada sebuah kisah menarik, masih pada tahun yang sama yaitu 1950, studio Le Mayeur mendapat kunjungan kembali sang Presiden. Kala itu Sukarno datang dengan baju resmi kenegaraan yang rapi dengan kaca mata hitamnya, terlihat sangat gagah. Sang seniman yang didatangi hanya berpakaian komprang dengan celana pendek dan tanpa alas kaki. Le Mayeur memang selalu tampil apa adanya, bukan tidak menghargai sosok seorang presiden tapi itulah dirinya. Tentu kejadian ini membuat situasi yang tidak nyaman di mata Ni Pollok. 

Sebagai wanita Bali yang masih memegang tatakrama apa yang dilakukan suaminya bertemu dengan seorang presiden sangatlah kurang berkenan. Ni Pollok sangat paham akan situasi yang kurang nyaman itu, kemudian dengan kerendahan hati ia meminta maaf kepada Presiden Soekarno.  Sang presiden hanya tersenyum dan tidak memperdulikan gaya yang dilakoni Le Mayeur. 

Saya kira inilah kebesaran Soekarno yang menghilangkan protokoler ketika mengunjungi seniman, dan Soekarno sangat paham seniman dengan dunianya memiliki identitas yang tidak ditunjukkan pada sosok dirinya tapi lebih pada karya-karyanya]. Kejadian ini justru membuat Soekarno semakin dekat dengan Le Mayeur sebagai sahabatnya. Terbukti dalam kurun waktu dua tahun yaitu 1951 dan 1952 Soekarno selalu mengunjungi kembali studio Le Mayeur, bertemu dengannya. Dan masih dengan celena pendek dan baju komprang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun