Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Proses Kelana Sunyi Wayan Upadana

8 Juni 2016   22:39 Diperbarui: 8 Juni 2016   22:45 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Pang Pang ia meletakkan Barong sebagai cerminan pribadi atau pola pikir orang Bali. Ia bisa saja mengubah kepalanya dengan figur lain, tapi karena ia merasa sebagai orang Bali yang sedang berproses untuk membingkai apa yang ia resahkan, maka Barong menjadi simbol atau identitas penting dalam konteks karyanya.

 Ketika saya tanya apa sebenarnya yang menjadi keresahannya ?, Pang Pang menjelaskan seperti membuka tabir akan perubahan Bali dari waktu ke waktu, ada eksotisme yang telah membumikan sanjungan bagi Bali namun dalam perkembangan globalisasi dan peradabannya terutama pariwisata telah menekan nilai-nilai budaya yang selama ini menopangnya. Sebuah kenyataan menurutnya orang Bali tetaplah orang Bali yang teguh akan sikap ketradisiannya.

***

Pang Pang sebagai perupa telah menyampaikan ruang pertanyaan kritis yang patut menjadi renungan. Dari pernyataan Pang Pang saya mulai teringat sanjungan-sanjungan terhadap Bali seperti yang telah diungkapkan oleh Miguel Covarrubias pada tahun 1930 an setelah mengunjungi Bali yaitu Island of God,  Last Paradise, dan Island of temple. Sanjungan ini tak ubahnya sebuah magnet kuat yang menarik orang barat utuk datang ke Bali. Sanjungan ini selanjutnya hadir dalam media komunikasi pariwisata menjadi ikon penting menjual Bali dalam kemasan pariwisata. Inilah muasal perikehidupan Bali mulai berubah cepat dalam evolusinya gumanku.

Pang Pang dalam karya Silence Process sepertinya ingin mengkritisi apa yang pernah disampaikan pelukis, karikaturis, etnolog, dan sejarawan seni berdarah mexico ini melalui bukunya Island of Bali. Bagi Pang Pang, melalui karya Silence Process, Bali harus dibaca sebagimana adanya. Saat ini data yang menjadi acuan perubahan tidak lagi berupa angka-angka, namun sebuah potret nyata. Perubahan gaya hidup, alih fungsi lahan, pelanggaran zona kesucian, kemacetan, degradasi lingkungan bahkan mengeluhnya seorang anak pada orang tuanya atau sebaliknya dapat dipakai pembacaan sebuah reperesentasi sosial yang sangat luar biasa.

Saya melihat karya Pang Pang adalah sebuah upaya untuk mempertanyakan sekaligus menjawab substansi dasar pemikiran dan kebutuhan dari globalisasi dan pariwisata yang telah berkembang sangat cepat. Ada kesadaran secara umum untuk memahami kepentingan bersama menyelamatkan Bali. Penekanan penting tidaknya tentu dikembalikan kepada audience yang membaca karyanya. Individu masyarakat Bali adalah pelaku utama, seseorang yang memerankan dirinya mengikuti peradaban budaya dengan perubahannya, individu ini yang selanjutnya mempengaruhi wajah budaya Bali yang secara akumulatif merepresentasikan sejarah perubahan itu terjadi.

Pang Pang menggambarkan individu yang telanjang, artinya adalah sebuah kemurnian diri orang Bali. Ini adalah cara pandang pribadi sang perupa sebagi pintu masuk yang cenderung tidak melebih-lebihkan, karena subyektifitas ada padanya. Adalah naif, bila orang Bali mengatakan peduli akan budayanya namun mereka tidak peduli dengan perubahan yang ada di sekitarnya. Alur pikir yang disampaikan Pang Pang cukup jelas yaitu pribadi terhadap masalah-masalah sosial. Hubungan pribadi orang Bali terhadap globalisasi mengikuti jalannya peristiwa.

Barong sebagai kepala melambangkan karakter, dalam mitologi Bali ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan.Penggunaan Barong saya lihat bukan memberikan makna dirinya sebagai orang Bali saja, ada isyarat tentang penempatan unsur tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah spirit.

 Ini ungkapan kritis bukan sebuah kebetulan ia menempatkan barong yang memiliki nilai estetika yang kuat. Pang Pang berhasil meletakkan substansi yang menjadi permasalahan sebenarnya yaitu sebuah spirit dalam budaya Bali. Ia tidak mencari jangkuan legitimasi yang jauh, semua esensi ada di dalam. Ini sangat menarik ketika mengupas karya Silence Process benar-benar ditemukan sebuah laku akan spirit sebagai dasar jejak melihat kemana sebenarnya karya ini bicara.

Melanjutkan pembacaan karya silence Process, ada digital monitor 7 inchi yang saya kira juga memiliki peranan penting dalam menyampaikan pesannya yaitu ada aneka sayur, bunga, beer, coke, soft drink, yang semua menempati rongga dada. Proses kesadaran yang semula adalah tanah, terdekontruksi menjadi modern. Pada dasarnya manusia dari tanah dan kembali pada tanah, namun dalam warna kehidupan yang dimunculkan oleh lelehan warna-warni acrylic di tubuh patung itu seperti menggambarkan pribadi dalam beragam permasalahan. Pada adegan proses dalam video juga dapat dilihat ketika menentukan sikapnya, maka kepala babi yang awalnya menempati sebuah keputusan berubah menjadi Rangda, kemudian berubah lagi menjadi Barong. Wajah-wajah telah berevolusi menentukan sikapnya yang pada akhirnya adalah sebuah kebajikan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun