****
Leng-lenging driyo mangu mangu
Mangun kung kanduhan rimang
Lir leno tanpo kanin
Yen tan tuluso mengko Sang Dyah Utomo
Suluk wayang purwa “Manyura Jugad” yang artinya hati yg terpikat ragu-ragu, membuat kasmaran trenyuh sedih , seperti mati tanpa luka , bila tak berhasil mendapatkan Sang Dyah utama (Sang Wanita utama).
Dewi-dewi sedang menari-nari dalam ruang imaji Taufik Kamajaya, melebur dalam nyawa senyawa nyawanya. Taufik kini sedang meratapi hujan tangis lereng Kelud dengan petir dan semburan lava pijar yang sangat panas. Bumi memang setia pada janjinya, Tapi bumi dapat pula menangis karena telah terjadi bencana yang menimpanya.
Anak-anak manusia telah kehilangan ibu mereka yang mati dalam amukan wedus gembel, ibu bumi yang mengasihi dan menghidupi ditunggu hidup kembali. Mereka terus berkemit dalam doa memeluk pertiwi penuh kedamaian. Wedus gembel – wedus gembel ilango, tangekno ibu bumi panggenanku urip.
Identitas karya lukis cat air Taufik Kamajaya yang ditampilkan lewat sosok figur ciptaannya, yaitu Roro Oyi, hadir dengan citra yang sangat kuat, baik dari segi kosep dan karakternya. Itulah yang membuat sosok Roro Oyi bisa lentur dalam kisah Jawa Timuran dimana ia lahir, tumbuh dan berkembang, baik dalam realita sebagai perupa maupun masyarakat dekat dengan Gunung Kelut.
Yudha Bantono Visiting Studio Artist – Taufik Kamajaya .12.02.2014