Lantas jika ke empat lapisan kesadaran manusia di atas adalah sebuah hardware, maka software nya kira-kira antara lain: pendidikan baik formal/non formal, norma-norma dan tentu saja adalah doktrin agama.
Dan doktrin ini mungkin bisa dikatakan sebagai system operasinya. Dengan doktrin, maka setiap manusia akan bekerja/bergerak/beraktivitas sesuai dengan doktrin tersebut.
Uniknya, tidak seperti PC yang saya pahami sekarang ini, mahkluk bernama manusia ini memiliki lapisan kesadaran pikiran/akal yang mampu memilih, memilah, menganalisa dan mengambil keputusan sendiri. Semacam kecerdasan dasar/bawaan.
Dan dengan kecerdasan ini, manusia dewasa bisa/boleh menentukan norma mana yang dia rasa cocok atau bahkan system operasi yg seperti apa yang akan digunakan.
Walaupun demikian adanya kemampuan ini, tidak semuanya menggunakan kemampuannya dengan berbagai alasan, antara lain memang belum menyadarinya atau bisa jadi tidak sadar akan kemampuannya ini (mungkin karena saking dalamnya doktrin yang menancap).
Jangan salah pahami saya. Saya tidak menyarankan Anda buru-buru mengganti system operasi Anda saat ini. Karena bisa jadi hal itu memang tidak diperlukan.
Agama/Keyakinan Anda ini adalah system operasi dalam hidup Anda. Dan dengan analogi yang sama, maka tidak akan optimal ‘hidup’ sebuah komputer tanpa adanya system operasi.
Yang perlu Anda lakukan bisa jadi cukup upgrade ke system operasi terbaru yang lebih sesusai dengan kondisi lingkungan yang ada, atau bisa jadi Anda cukup mempelajari lebih dalam cara kerja dan cara menggunakan system tersebut. Sehingga hidup Anda menjadi bahagia.
Bahagia dan Sengsara Hanya Soal Rasa
Jika survey dilakukan, bisa jadi semua orang menginginkan bahagia. Bahagia dan sengsara ternyata hanya soal rasa. Dan Rasa ini konon katanya bermain pada lapisan kesadaran kedua. Bukan pada lapisan fisik. Tapi bagaimana lapisan mental emosional ini merespons setiap input yg masuk dengan perasaan bahagia atau sengsara ini sangat bergantung pada program atau system operasi yang digunakannya.
Contoh seseorang bisa bersedia mengorbankan hidupnya untuk mati sesuai doktrin yg menancap dan tetap merasa bahagia – karena sudah bisa menjalankan doktrin. Atau seseorang yang secara fisik hidup berlimpah kekayaan tetap merasa sengsara karena merasa berdosa tidak menjalankan doktrin. Dll.