Mohon tunggu...
Yuan Yudistira
Yuan Yudistira Mohon Tunggu... Konsultan - Certified Clinical Hypnotherapist of Adi W Gunawan Institute of Mind Technology

Hipnoterapis Klinis di https://hipnoterapi.ws & Founder Trainer di https://candradimuka.id

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Hypnosis/Hipnoterapi Sebagai Jalan Spiritual (juga)

10 Oktober 2013   23:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:42 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat Lapisan Penyusun Makhluk Bernama Manusia

Kita – mahkluk yang benama manusia ini – jika disederhanakan memiliki beberapa lapisan kesadaran, antara lain :

1. lapisan kesadaran fisik

2. lapisan kesadaran mental/emosional

3. lapisan pikiran/akal

4. lapisan kesadaran jiwa

Kira-kira itulah yang saya dapat tangkap dari berbagai literature yang saya baca, atau saya dengar dari orang lain.

Dan kira-kira setelah saya teliti, kira kira memang demikian.

Dalam kondisi tertentu lapisan kesadaran kedua dan ketiga bisa kita bedakan dengan sangat mudah. Terkadang saya pribadi sering mengindikasikan lapisan kedua ini adalah “suara-suara” yang keluar dari daerah sekitar dada, dan gambar-gambar bergerak atau diam atau suara-suara dari lapisan ketiga ini yang keluar dari area sekitar kepala.

Kira-kira –jika saya menganalogikan dengan sebuah PC - semua lapisan di atas ini masih tergolong sebagai hardware penyusun makhluk bernama manusia.

Agar hardware bisa digunakan atau berfungsi sesuai yg diinginkan tentu membutuhkan program, mulai dari BIOS – untuk basic input output -, operating system, hingga program pendukung lainnya seperti office dll.

Lantas jika ke empat lapisan kesadaran manusia di atas adalah sebuah hardware, maka software nya kira-kira antara lain: pendidikan baik formal/non formal, norma-norma dan tentu saja adalah doktrin agama.

Dan doktrin ini mungkin bisa dikatakan sebagai system operasinya. Dengan doktrin, maka setiap manusia akan bekerja/bergerak/beraktivitas sesuai dengan doktrin tersebut.

Uniknya, tidak seperti PC yang saya pahami sekarang ini, mahkluk bernama manusia ini memiliki lapisan kesadaran pikiran/akal yang mampu memilih, memilah, menganalisa dan mengambil keputusan sendiri. Semacam kecerdasan dasar/bawaan.

Dan dengan kecerdasan ini, manusia dewasa bisa/boleh menentukan norma mana yang dia rasa cocok atau bahkan system operasi yg seperti apa yang akan digunakan.

Walaupun demikian adanya kemampuan ini, tidak semuanya menggunakan kemampuannya dengan berbagai alasan, antara lain memang belum menyadarinya atau bisa jadi tidak sadar akan kemampuannya ini (mungkin karena saking dalamnya doktrin yang menancap).

Jangan salah pahami saya. Saya tidak menyarankan Anda buru-buru mengganti system operasi Anda saat ini. Karena bisa jadi hal itu memang tidak diperlukan.

Agama/Keyakinan Anda ini adalah system operasi dalam hidup Anda. Dan dengan analogi yang sama, maka tidak akan optimal ‘hidup’ sebuah komputer tanpa adanya system operasi.

Yang perlu Anda lakukan bisa jadi cukup upgrade ke system operasi terbaru yang lebih sesusai dengan kondisi lingkungan yang ada, atau bisa jadi Anda cukup mempelajari lebih dalam cara kerja dan cara menggunakan system tersebut. Sehingga hidup Anda  menjadi bahagia.

Bahagia dan Sengsara Hanya Soal Rasa

Jika survey dilakukan, bisa jadi semua orang menginginkan bahagia. Bahagia dan sengsara ternyata hanya soal rasa. Dan Rasa ini konon katanya bermain pada lapisan kesadaran kedua. Bukan pada lapisan fisik. Tapi bagaimana lapisan mental emosional ini merespons setiap input yg masuk dengan perasaan bahagia atau sengsara ini sangat bergantung pada program atau system operasi yang digunakannya.

Contoh seseorang bisa bersedia mengorbankan hidupnya untuk mati sesuai doktrin yg menancap dan tetap merasa bahagia – karena sudah bisa menjalankan doktrin. Atau seseorang yang secara fisik hidup berlimpah kekayaan tetap merasa sengsara karena merasa berdosa tidak menjalankan doktrin. Dll.

Hypnosis dan Ilmu Tentang Pikiran (serta lapisan-lapisan dibawahnya)

Dengan segala kecerdasannya Manusia menciptakan berbagai tools dan teknologi untuk mempermudah hidupnya. Dan tentu saja manusia juga menciptakan berbagai aturan, norma dan juga doktrin-doktrin yang ada.

Semua dibuat dengan tujuan untuk mempermudah hidupnya dengan keterbatasan dari pengetahuan,pengalaman si pembuat norma dan doktrin ini dan juga bergantung situas dan kondisi lingkungan saat ini.

Salah satu temuan atau teknologi atau seni yg terkait dengan cara mengelola pikiran adalah hypnosis.

Hypnosis  yang saya maksud ini adalah sebuah ilmu, teknologi atau seni untuk mengelola pikiran. Jadi apa saja yang menganalisa cara kerja pikiran dan mengelola berbagai macam aspek serta pengaruhnya pada lapisan kesadaran yg lain, inilah yang saya sebut dengan hypnosis.

Dari definisi pribadi saya tersebut di atas, maka menurut pendapat saya, semua orang sebaiknya belajar hypnosis.

Dengan belajar “hypnosis” seseorang seperti dibekali tools untuk bisa memahami cara bekerjanya pikiran, memory, emosi dan pengaruhnya pada fisik.

Dengan belajar “hypnosis” bahkan seseorang bisa dan boleh terbebas dari proses indoktrinasi yang pernah ia jalani semenjak kecil.

Bisa jadi belajar hypnosis adalah jalan spiritual juga.

Seingat saya dulu pernah ada para pemuka agama yang mengharamkan belajar hypnosis.

Dan sekarang saya mengatakan bahwa para pemuka agama yang mengharamkan hypnosis adalah orang yang paham betul-betul potensi dari belajar hypnosis memang salah satunya adalah bisa terlepas dari doktrin.

Dan bahkan bisa membuat doktrin sendiri yang paling cocok buat dirinya…  he he

Ohhh…… Ah!

Yuan Yudistira
Penulis kini mengelola Klinik Hipnoterapi di Cileungsi.

http://hipnoterapi.info

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun