Masih gagal move on dari hingar bingar pelantikan presiden baru yang gemoy, wakil presiden yang masih imut dan kabinetnya yang super gemoy ? Ugh, saya juga. Seharian kemarin sibuk scrolling youtube mencari para komentator yang bikin menangis dan tertawa.Â
Yuks, kita berbincang. Silahkan selonjoran disudut ternyaman,  saya juga sudah siap dengan segelas kopi dingin dan bantal penahan punggung yang kian renta.
Ngomongin soal renta, pelantikan presiden kali ini membuat saya  benar-benar merasa tua, karena untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup saya, usia wakil presiden negri ini lebih muda dari saya. Mungkin dunia memang sudah harus berubah, mungkin saya yang harus menyadari walau uban bisa disamarkan, tapi laju usia tak bisa di tahan. Entahlah.
Tapi kita gak akan ngobrolin soal usia wapres. Kita juga gak akan ngobrolin soal kabinet baru yang super gemoy, yang hanya bisa dikalahkan jumlahnya oleh kabinet di era pak Karno. Gurih untuk dibahas, saking gurihnya sampai semua orang membahasnya. Jadi saya gak mau ikutan nimbrung hiruk pikuknya.Â
Saya lebih suka mlipir ke belakang. Menengok jalan panjang yang ditempuh pak Prabowo sampai menjadi orang nomor satu dinegeri ini.
Dari keluarga yang terpandang dan terhormat, menjadi bagian dari pusat kekuasaan, lalu mendadak terjerembab dan tiarap, karir dan reputasi hancur, keluarga berantakan, pas terseok -seok mencoba bangkit eh malah dipermalukan karena klaim kemenangan yang tidak didukung data valid. Dua kali pula. Alhasil, dihujat hampir seluruh negeri.Â
Duh, kalau itu orang biasa pasti bakalan kena mental habis-habisan, nyungsep  di got dan stay disitu selama-lamanya.  Iya nggak sih ? Diputusin pacar aja bunuh diri, lha ini...dihujat nyaris seluruh negri.Â
Iya memang, pak Prabowo jelas bukan orang sempurna. Perjalanan karir militer dan politiknya pun di warnai dengan spekulasi dan rumor tidak sedap, beriringan dengan sejarah kelam negri ini. Tapi terlepas dari situ, ada  hal-hal positif yang bisa kita pelajari dari beliau.Â
Beliau adalah petarung yang gigih.Â
Laju usia, rentetan kegagalan dan rumor yang membayangi tidak juga menghentikan langkahnya. Padahal beliau sudah seusia ibu mertua saya. Sudah opa-opa. Saya membayangkan ada banyak yang menasehati beliau untuk berhenti. Sudahlah, nikmati saja masa tua, toh dari sisi materi dan reputasi juga sudah oke. Ngapain masih capek-capek berkompetisi ? Apa gak kasihan sama  Mayor Teddy ?  Hehe.
Tapi beliau tetap keukeuh mengejar mimpi , dan kita semua tahu hasil akhirnya. Work hard never betray.Â
Beliau juga role model dari sisi ketahanan mental.Â
Saya tidak bisa membayangkan berada diposisi beliau. Benar-benar seperti naik roller coaster paling gila. Mental di gilas habis-habisan. Tapi harus diakui, beliau memang bermental baja. Kalau tidak, beliau tidak akan sampai dititik ini sekarang. Ya khan ?Â
Gen millenial seperti saya, gen z dan gen alpha harus belajar dari pak Prabowo soal ketahanan mental yang sekuat baja ini.
Jangan lemah ya, dek.Â
Dari Pak Prabowo saya juga belajar bahwa bermimpi itu penting. Tapi tidak buru-buru berhenti dan menghentikan mimpi itu, jauh lebih penting.Â
Seperti tulisan dikaca belakang mobil  pengantar paket yang parkir didekat saya di suatu sore pas saya lagi galau-galaunya :  For surely there is a future and your hope will not be cut off.Â
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.
Kita masih belum tahu apakah kepemimpinan beliau juga akan se-inspiratif kegigihan beliau menggapai posisi nomor satu ini. Well, time will tell.Â
Kita hanya bisa mendoakan yang terbaik dan mengharapkan yang terbaik.Â
Selamat Bekerja, Pak Presiden.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI