Melelahkan? Oh sangat. Tapi kalau sesibuk Happy Salma dan Sophie Navita saja mampu, kita juga pasti bisa.
Karena seperti Happy Salma bilang, ketergantungan gadget sebagai efek produksi hormon dophamin jauh lebih merusak dan membahayakan, setara dengan ketergantungan obat. Yang tentu saja, tak sebanding dengan keengganan kita untuk direpotkan menjaga, mengawasi dan mendampingi anak-anak kita sedari usia dini.
Happy Salma dan Sophie Navita beruntung karena mereka menemukan sekolah dan sistem belajar yang memang tidak menggunakan gadget dalam kegiatan belajar mengajar. Tapi bahkan ketika sekolah tidak sepaham dengan prinsip kita pun, bukan halangan untuk tetap menerapkan prinsip bahagia tanpa gadget pada anak.
Putri saya yang sekarang berada di tahun terakhir di sekolah dasar, adalah satu-satunya di kelas, bahkan mungkin di sekolah, yang tidak memiliki gadget. Dia tidak minder atau tantrum. Dia paham dia belum perlu dan dia bangga dengan pilihannya. Dia tahu dia berbeda dari teman-temannya, tapi dalam arti yang baik dan positif. Â
Kadang kami suka bercanda, smart kids don't need smart phones, because they are already smart hehehe.
Ketika ada kegiatan inbound di sekolah, sementara teman-temannya membawa hp untuk mengisi waktu istirahat, dia memilih membawa buku. Dia tidak merengek atau merajuk meminta gadget, hanya supaya sama dengan teman-temannya. Dia cukup bahagia dengan buku-bukunya.Â
Bahkan untuk prestasi yang ditorehkannya di sekolah, dia hanya minta hadiah berupa buku bacaan.
Iya, sesederhana itu, dan itu membuat saya dan bapaknya bahagia.
#NoGadgetNoCry
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H