Ceritanya pada suatu hari entah hari apa saya juga lupa, saya mendadak ndengerin podcast mereka di youtube, karena gak sengaja kepencet. Awalnya saya skeptis donk, obrolan artis palingan ya dalam rangka promo film atau series atau buku atau apalah itu, eh pas lanjut mendengarkan saya tidak bisa membendung rasa optimis saya.
Ya ampun, saya baru tahu kalau Happy Salma, Sophie Navita dan saya sama prinsipnya. Saya sampai ingin sekali memeluk mereka saat itu juga saking happy-nya. Semua yang saya perjuangkan selama ini bukan khayalan semata.
Menjadi orang tua minoritas dalam kancah pergadget-an, ditengah pandangan mayoritas bahwa membesarkan anak tanpa gadget adalah hal yang mustahil di jaman ini, bukanlah hal yang mudah. Banyak orang meragukan, lebih banyak lagi yang mencemooh. Termasuk mereka yang berprofesi pendidik. Eiiits.
Pas merasa seperti berjalan sendirian, eh tahu-tahu baru nyadar kalau teman seperjalanan ternyata malah para seleb. Bukan yang model kaleng-kaleng lagi. Bukan tipe seleb karbitan yang hanya berbekal bodi dan sensasi, tapi mereka berdua masuk kategori seleb yang berkualitas dan punya visi. Yang juga penulis.
Semangat saya pun meluap-luap. Tos dulu, kakak.
Menyimak podcas mereka, saya pun menyimpulkan kalau kami sepakat untuk menahan memberikan gadget sampai minimal usia 12 tahun, kalau mungkin ya lebih. Secara Steve Job, yang notabene pencipta gadget saja, baru memberikan gadget pas anaknya usia 14 tahun.
Masa anak-anak mereka terlalu berharga untuk diisi dengan penggunaan gadget, apalagi kalau sampai berlebihan. Masa ketika mereka bisa mengeksplor dunia sekitar dengan memaksimalkan fungsi panca indra dan motorik kasar halus mereka. Menemukan bakat dan minat. Melatih fokus dan mengembangkan imajinasi dan sosialisasi yang benar.
Tentu saja, anak-anak  juga diperbolehkan meminjam gadget kita pada waktu-waktu tertentu, dalam batas waktu tertentu, untuk melakukan hal-hal tertentu, dan dengan pendampingan orang tua.
Banyak yang pesimis hal itu bisa dilakukan. Apa anaknya gak merasa ketinggalan jaman nantinya? Apa tidak merasa berbeda dari teman-temannya? Merasa minder? Atau malah tantrum?
Kunci dari semuanya adalah komunikasi dan disiplin. Anak-anak itu makhluk yang sudah dibekali kecerdasan dari sononya. Mereka bisa bernalar. Jadi selama alasan kita reasonable, ya pasti mereka bisa menerima. Tergantung cara ngomongnya saja. Kuncinya, mereka mengerti bahwa kita memberlakukan aturan itu karena sayang, bukan sebaliknya.
Disisi lain, orang tua  juga dituntut disiplin untuk berani repot dan capek plus tidak punya banyak me-time. Menemani bermain, mengajak ke tempat bermain dan mengawasinya, terutama anak-anak balita ya, supaya mereka tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain, dan melakukan banyak aktivitas yang lain bersama.