Mohon tunggu...
Yuanita Pratomo
Yuanita Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - Mommy

Daydreammer, as always

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

The Joy of Learning Series: Ketika Anak Tak Punya Hobi

25 Juli 2023   12:29 Diperbarui: 26 Juli 2023   00:01 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari hobbyzeal.com

Terima kasih sudah menunggu. Atau saya saja yang sebenarnya kegeeran, merasa ada yang nungguin? Hehehe. 

Baiklah, kalaupun tidak ada yang menunggu, saya tetap akan membayar lunas janji saya di artikel the joy of learning series sebelumnya. Ngobrolin seputar hobi.

Sebelumnya kita sudah ngobrol sana sini mengapa hobi itu penting bagi anak. 

Sekarang kita ngobrol lagi tentang bagaimana dealing dengan anak-anak yang tidak punya hobi. Bagaimana cara yang cerdas, efektif, no-drama dan menyenangkan mengenalkan hobi pada anak.

Ilustrasi diambil dari hobbyzeal.com
Ilustrasi diambil dari hobbyzeal.com
Sebelum keterusan, kita cek dulu definisinya, biar sepaham dulu.

Menurut si cantik, putri saya, definisi hobi adalah sesuatu yang suka sekali kita kerjakan dan sering kita kerjakan karena suka.  

Saya setuju.

Hobi itu tidak bisa dipaksakan.

Ada beberapa orang tua yang memaksakan hobi ke anak-anak, dengan mewajibkannya les ini itu, berharap anak-anak secara otomatis memiliki hobi yang positif sesuai les yang diikuti.

Mungkin saja berhasil pada beberapa anak, sebagian besar gagal total, karena putus di tengah jalan.

Lalu bagaimana ? Yuks mari kita kupas bersama.

1. Perkenalan yang Menyenangkan

Jatuh cinta itu seringkali diawali dengan momen yang menyenangkan. Tatapan mata yang menyenangkan. Senyum yang menyenangkan. Debar hati yang menyenangkan. Pokoknya serba menyenangkan.

Begitu pula dengan hobi. Perkenalannya harus menyenangkan, bukan dibawah tekanan atau paksaan. Supaya cintanya tulus, bukan karena dipaksa.

Perkenalkan anak dengan berbagai aktivitas dengan cara yang menyenangkan, bukan sebagai sebuah kewajiban atau keharusan.

Sedari kecil, saya membiasakan putri saya akrab dengan buku-buku. Saya seringkali membawanya ke perpustakaan dan toko buku, tidak selalu untuk meminjam atau membeli buku, awalnya hanya sekedar melihat-lihat atau bermain di area bermainnya. Tidak ada paksaan, sekedar berkenalan. Dia sekarang hobi sekali membaca.

Begitu juga dengan musik, saya hanya sering mengajaknya melihat konser musik klasik, yang memang untuk balita dan tiketnya amat sangat murah. Saya dan bapaknya tidak memaksanya harus menyukai dengan serta merta, hanya mengenalkannya.

Dia sekarang hobi main musik dan betah mendengarkan komposisi musik klasik yang bagi banyak orang terdengar amat sangat membosankan.

Memperkenalkan dan mengajaknya mengekplorasi berbagai aktivitas, membuatnya berkenalan dengan banyak pilihan hobi dengan cara yang menyenangkan.

2. Stimulasi yang Tepat

Banyak orang tua mengeluh anaknya lebih suka main gadget daripada melakukan hal-hal lain. Seolah-olah itu semata-mata adalah kesalahan si anak.

Orang tua sering lupa bahwa mereka berperan besar memupuk kebiasaan itu. Waktu anak-anak masih balita, mereka lebih sering disodori gadget supaya tidak rewel, dan orang tua bisa melakukan hal-hal yang lain.

Saya tahu menjadi orang tua memang repot sekali, saya juga pernah kewalahan sendirian mengasuh si cantik. Tapi menyodorkan gadget, hanya akan menabung masalah lain yang lebih besar dikemudian hari.

Jadi daripada menyodorkan gadget begitu saja, sebagai gantinya saya memutarkan musik atau audiobook dan memberikan mainan yang aman sesuai usianya untuk membuatnya sibuk.

Untuk anak usia dibawah 3 tahun, biasanya mereka paling gemar mencoret. Jangan melarangnya.

Berikan satu area tertentu di dalam rumah, dimana dia bisa mencorat coret sesuka hati, mengeksplore imajinasi dan gerak motoriknya. Berikan pengertian bahwa hanya di area tersebut dia boleh mencorat coret sesukanya.

Memberikan satu area tertentu dalam rumah mengajarkannya tentang aturan dan disiplin. Supaya anak juga belajar bahwa dia tidak boleh sembarangan mencorat coret dimanapun sesukanya.

Ketika si cantik masih kecil dulu, sayangnya kami tidak bisa memberikannya satu area tertentu karena sudah diwanti-wanti oleh pemilik rumah yang kami sewa, kalau ada kerusakan di dinding yang berlapis wallpaper putih premium itu, bakal dikenalan denda sekian euro.

Jadi, daripada harus membayar denda yang cukup mahal, akhirnya kami memberinya meja belajar yang boleh dicorat coret sesuka hatinya. Meja belajar milik tetangga yang sudah tak terpakai lagi dan diberikan untuk kami.

Untuk anak-anak balita yang super duper aktif, alokasikan waktu tertentu setiap hari dan bawa ke tempat bermain yang aman dan biarkan dia mengeksplore segala macam permainan dan menghabiskan energinya yang berlebihan. Mungkin dari situ muncul calon-calon atlit masa depan.

Sayangnya memang, di negeri kita ini jumlah playground yang memadai fasilitas dan safetyakan-nya tidak sebanding dengan jumlah anak-anak. Banyak anak-anak dibawah umur yang masih harus bermain di jalanan tanpa pengawasan, membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Memberikan stimulasi yang tepat di tahun-tahun pertama anak -anak, menolong kita melihat hobi yang bisa dikembangkan oleh si anak.

3. Membiarkan Anak Membuat Keputusan

Saya ingat waktu si cantik akan les balet. Waktu itu diajak temannya. Ada satu kali trial atau uji coba, gratis. Anak-anak bisa ikut kelas, lalu setelah itu mereka yang memutuskan apakah mereka suka atau tidak. Kalau suka ya mereka lanjut les, mendaftar, dll. Kalau tidak suka, mereka juga tidak perlu bayar apa-apa.

Saya suka metode ini, karena anak-anak tidak dipaksa ikut les karena sudah mendaftar. Mereka belajar mengambil keputusan, supaya mereka juga belajar bertanggung jawab atas keputusan itu.

Jadi, alih alih memaksakan anak untuk les ini itu, biarkan anak-anak yang membuat keputusan. Karena itu akan menjadi hobi mereka, bukan hobi kita sebagai orang tua.

Bagian kita hanya mengenalkan pada sebanyak mungkin aktivitas dan kemungkinan, dan memberikan stimulasi yang positif.

4. Hobi Tidak Selalu Mahal

Ada orang tua yang menunda-nunda mengenalkan hobi pada anak karena dianggap mahal. Padahal hobi tidak selalu konotasinya mahal.

Waktu awal-awal si cantik les piano, ia menggunakan keyboard tua kami yang dibeli di awal menikah belasan tahun yang lalu. Memang tidak maksimal, tapi sambil menunggu uang terkumpul untuk membeli piano, kami memanfaatkan apa yang ada dulu, sebelum momentnya keburu lewat.

Iya, kalau hobi tidak dipupuk, maka akan lenyap begitu saja. Sama seperti talenta atau bakat.

Saya sih percaya, selalu ada moment of truth untuk segala sesuatu. Makanya ada istilah catch the moment.

Jadi singkirkan dulu pikiran bahwa hobi pasti mahal. Hobi tidak selalu mahal. Kuncinya ada pada kemauan untuk memanfaatkan apa yang ada, cerdas dan kreatif.

Begitulah, hobi memang tak bisa dipaksa apalagi didiktekan. Ada cara yang menyenangkan untuk mengenalkannya, tapi diperlukan kemauan dan usaha yang tidak semudah menyodorkan gadget ketika anak kita sedang gabut dan kita sedang repot.

Selamat hari selasa, semoga tulisan ini ada manfaatnya buat kita semua.

Terimakasih untuk papa mama hebat yang menjadi inspirasi tulisan ini. Guk Ghani, Guk Bian, Yuk Nana, Yuk Letty....Kalian beruntung punya orang tua yang luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun