Jadi Pak Jonan, kalau anda membaca tulisan ini, inilah kesalahan terbesar Bapak saat mereformasi Kereta Api Indonesia: Bapak tidak mempertimbangkan kenangan yang hilang dan kini diragukan kebenarannya, karena jejaknya sama sekali tidak ada. Sudah Bapak sapu habis.
Bapak tidak mempertimbangkan kesulitan orang tua seperti saya untuk meyakinkan anak sekarang bahwa cerita tentang kondisi kereta api kita jaman dulu, sebelum era Bapak itu, Â tidak mengada-ada. Bukan fiktif, juga bukan bagian dari skrip cerita horor.
Generasi jaman now susah membayangkannya, Pak. Mereka tahunya wajah kereta api kita saat ini, yang bersih, teratur dan manusiawi.
Tetapi meskipun bapak punya andil dalam masalah kenangan yang hilang itu, saya tetap harus berterimakasih pada Bapak, Â karena sekarang saya gak perlu nahan pipis lagi selama 4 jam.
Terimakasih, Pak Jonan.
Terimakasih, KAI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H