Singkat cerita, pada kontrol kehamilan terakhir, Pak Dokter memvonis harus segera lahiran hari itu juga, karena air ketuban keruh. Padahal due date-nya harusnya masih dua minggu lagi.
Saya bertanya seberapa urgent, apakah bisa ditunda besok. Pak dokter setuju besok saja. Selain butuh waktu untuk menyiapkan mental, saya juga ingin menuntaskan bucket list saya dulu sebelum lahiran, seperti ke salon, nonton film dan dinner romantis dengan suami.Â
Pertimbangannya, nanti pasca lahiran pasti tidak sempat melakukan hal-hal tersebut dan supaya baby saya nanti setelah lahir gak ngileran (berliur) karena keinginan ibunya belum kesampaian. Hehe oke alasan kedua memang terlalu mengada-ada dan mitos belaka.
Hari itu juga, sepulang dari dokter, saya dan suami pun ngebut menuntaskan semua yang terdapat dalam bucket list saya.Â
Di kemudian hari, saya menyadari ini adalah keputusan terbaik yang pernah kami buat.Â
Percayalah, setelah menjadi orang tua, apalagi kalau tinggal sangat jauh dari keluarga, mencari waktu dinner berdua saja susahnya luar biasa, kalau tidak mau dibilang mustahil.Â
Esok harinya, waktu masuk lift menuju ruang lahiran, masih optimis donk. Karena saya keukeuh lahiran alami, jadinya di induksi untuk merangsang bukaan jalan lahir.
Delapan jam kemudian karena mempertimbangkan resiko yang ada, akhirnya dilakukan tindakan operasi caesar.
Pasca operasi sampai hari ketiga, ASI saya belum keluar juga. Mungkin karena lahir lebih awal dari jadwal sehingga hormon-hormonnya juga belum siap atau belum terlalu sempurna terbentuk, termasuk hormon untuk memproduksi ASI. Itu dugaan saya. Tolong dikoreksi kalau saya salah ya.
Si cantik pun diberi sufor oleh suster. Saya down. Belum lagi ditambah saya sempat mengalami alergi obat selama pemulihan pasca operasi.