Mohon tunggu...
Yuanita Pratomo
Yuanita Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - Mommy

Give a mom a break and she will conquer the world!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Viral Sampah yang Bergolak di Mandalika, Salah Siapa?

29 Maret 2022   12:19 Diperbarui: 29 Maret 2022   16:56 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kontroversinews.com

Gara-gara terlalu menikmati JOMO alias Joy Of Missing Out, saya sampai kelewatan isu yang menghangat di Mandalika, dari mbak Rara yang fenomenal sampai masalah sampah di tribun yang diunggah petugas kebersihan.


Nha, perbincangan masalah sampah ini lah yang saya dengarkan di salah satu stasiun radio beberapa hari lalu dan menggelitik kerinduan untuk menulis yang sudah sekian purnama terpendam.

Bukan hanya masalah jumlah sampah yang hingga berton-ton, tapi lebih kepada perilaku para penonton yang membuang sampah sembarangan di tribun. Dari beberapa komentar yang saya baca pasca petugas kebersihan mengeluhkan masalah sampah di tribun dan mempostingnya di media sosial, ada sebagian yang menyalahkan penonton, sebagian lagi menyalahkan tidak adanya tempat sampah yang terjangkau.

Jadi ini salah siapa? Mari kita kuliti satu per satu, lapis demi lapis faktor-faktor yang menjadi pemicu masalah sampah ini.

Faktor pertama, masalah perilaku dan kebiasaan.

Beberapa orang berpendapat bahwa penonton yang membuang sampah itu tidak sepenuhnya keliru, lha wong memang tidak disediakan tempat sampah di tribun. Pendapat itu membuat saya teringat salah satu peristiwa yang membuat saya percaya ada korelasi erat antara perilaku masyarakat dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang diterapkan dalam rumah.

Jadi waktu saya merantau dulu, saya pernah jalan berdua dengan seorang oma, tetangga yang juga penduduk asli negri tempat saya merantau yang terkenal disiplin. Kami lagi on the way ke stasiun kereta. Ditengah jalan, oma itu berbagi permen dengan saya. Sepanjang jalan yang kami lalui kebetulan memang tidak ada tempat sampah. Alih-alih membuang bungkus permen sembarangan, beliau melipat bungkus permen dan memasukannya ke saku. Begitu kami ketemu tong sampah didekat pintu masuk stasiun, beliau mengeluarkan bungkus permen tadi dari saku dan membuangnya ke situ.

Peristiwa itu berkesan sekali bagi saya. Karena jujur saja, saya juga sempat tergoda membuang bungkus permen mungil itu ke balik semak-semak yang rimbun di sepanjang jalan yang kami lalui. Bukankah itu hal yang wajar di negri kita ?

Saya percaya perilaku disiplin si oma tetangga ini bukan sesuatu yang didapat dengan instan. Pasti sudah menjadi kebiasaan yang diterapkan sejak dini, sejak di dalam rumah, gak perlu menunggu anak-anak mendapat pelajaran PPKN dulu disekolah.

Budaya malu membuang sampah dengan sembarangan memang masih menjadi tantangan di negeri kita. Kadang-kadang justru yang menertibkan lah yang dipermalukan dan dibuat repot bahkan bisa jadi "public enemy" karena banyak yang enggan ditertibkan. Padahal kalau lingkungan bersih, semua juga ikut menikmati dampak positifnya. Iya atau iya ?  Eh, jadinya kok malah curhat :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun