Kami sempat tiga kali ganti dokter. Dokter pertama menyarankan operasi, dan mengatakan kalau tidak memungkinkan untuk diberi gips, karena kondisi patahannya yang tidak beraturan.Â
Biayanya ratusan juta, tingkat keberhasilannya tidak berani menjamin. Ini dokter ahli tulang di  sebuah rumah sakit yang terkenal baik kompetensinya.
Kami berdiskusi, tanya sana sini, akhirnya dicarilah second opinion. Ingat ya mencari second opinion itu tidak tabu, justru itu menolong kita untuk membuat keputusan yang lebih cermat dan tepat. Karena kalau ada tindakan pada pasien, kan persetujuan dari keluarga juga mandatory.
Dokter kedua memberi saran sebaliknya. Operasi justru tidak disarankan karena faktor usia membuat risikonya sangat tinggi dan bahkan bisa meninggal di meja operasi. Satu-satunya opsi adalah diberi  gips. Tidak akan menjamin pulih menyambung 100 persen, tapi paling tidak akan mengurangi rasa nyeri. Sebagai catatan, rasa nyerinya  memang luar biasa.Â
Setelah keluarga besar berdiskusi, akhirnya diputuskan mengikuti saran dokter kedua, yang jauh lebih masuk akal.
Sayang sekali, satu hari sebelum jadwal appointment untuk tindakan, dokter kedua jatuh sakit dan harus dirawat di RS.
Akhirnya seorang teman menyarankan kami ke dokter ketiga, dokter spesialis tulang  senior yang tentu saja jadwalnya luar biasa padat. Pak dokter ini punya klinik pribadi, sehingga relatif lebih aman daripada di rumah sakit.
Sempat khawatir pas mau kontak, takut harus ngantri lama, tapi ternyata pak dokternya sangat responsif dan ibu saya pun langsung ditangani tanpa harus ngantri.Â
Seperti halnya dokter kedua, pak dokter senior ini juga menyarankan untuk diberi gips bukan operasi. Gips tidak akan segera mengembalikannya seperti semula karena faktor usia, perlu waktu. Tetapi paling tidak, akan mengurangi nyeri dan membantu ibu saya untuk bisa melakukan mobilisasi super terbatas.
Itulah lika liku saya dan keluarga besar mencari pengobatan patah tulang untuk ibu saya.
Second opinion selalu diperlukan. Saya tidak bisa membayangkan kalau kami menuruti begitu saja saran dari dokter pertama. Bukan hanya soal biaya, tapi terlebih soal risiko yang sangat tinggi.