"Tapi saya akan belajar om, biar kita bisa hang out bersama, om suka cerutu khan?" Â Lanjutnya sok akrab.
Aku seketika cemberut. Kulihat raut wajah Ayahku pun tampak menggelap, penuh murka.
Aku dan Ibuku tak pernah suka ayahku merokok. Tapi ayahku keras kepala. Tidak merokok dirumah, tapi di kantor, dikafe, dimana saja yang bisa, selain di rumah. Â
Ayahku tahu aku tak suka pria perokok.
"Dia tidak mengenalmu, Tira. Dia bahkan tidak tahu kamu tidak suka orang yang merokok" kata Ayahku, saat kami hanya berdua.
Nada suaranya lebih ke prihatin daripada marah.
"Dia tahu, Papa. Dia juga tidak suka orang merokok. Dia hanya ingin membuat Papa senang. Dia ingin berteman dengan..."
Belum sempat ku selesaikan kalimatku, Ayahku sudah berdiri dengan wajah geram.
"Itulah Tira...itulah maksud papa. Dia tidak tahu prioritas. Tidak berani bersikap untuk orang yang dicintai. Kalau dia mencintaimu dan dia tahu prinsipmu ya dia khan bisa langsung tolak cerutu Papa. Dasar pengecut. Plin plan."
Amarah Ayahku pun menggelegar.
"Dengar Tira, papa tidak setuju. Tidak akan pernah. Karakternya meragukan!"