Saya adalah pengguna regular penerbangan di dalam dan luar negeri. Karena pekerjaanku memaksa aku naik pesawat. Salah satu pengalaman saya adalah berinteraksi dengan pramugari. Sebagai perempuan saya hanya peduli dengan layanan dan kepribadian, selain tentu sebagai wanita akan kagum melihat kecantikan dan keanggunan perempuan.
Menyoroti pemukulan terhadap seorang pramugari oleh seorang karyawan Provinsi Bangka Belitung, sebenarnya salah kaprah karyawan pemda itu. Tahukah Anda, saat ini dunia pramugari jauh dari dari dunia pramugari tahun 1980-1990-an awal. Zaman dulu namanya pramugari memiliki kepribadian yang asyik dan prima.
Kesopansantunan dan pribadi menarik juga merupakan salah satu syarat selain kecantikan fisik dengan tubuh tinggi semampai, kulit bersih, badan tidak berbau, dengan dasar muka riang gembira. Maka profesi pramugari dulu melalui pelatihan kepribadian yang ketat. Hasilnya para pramugari udara zaman dulu menjadi primadona sebagai calon istri.
Kini, pramugari adalah hanya profesi biasa tanpa keindahan spektakuler. Apalagi namanya pramugari Lion Air terkenal dengan sikapnya yang arogan. Pramugari Lion Air kebanyakan memiliki sikap arogan dan sok cantik, bukan sok berkepribadian. Para pramugari Lion Air terkenal memiliki sikap kasar dan tidak pernah mau menatap mata para penumpang ketika melayani penumpang. Cara menegur, mengingatkan dan membantu penumpang terkesan kasar.
Pernah dalam salah satu penerbangan dari Denpasar ke Jakarta, pramugari Lion Air, dalam menghadapi penumpang berlaku kasar. Cara mengarahkan penumpang agar tidak membiarkan anak kecil di dekat pintu darurat sungguh tidak menarik dan tidak menyenangkan. Jelas orang tua akan tersinggung mendengar pembicaraan seperti ini: "Tidak tahu ya Bu, kalau anak kecil tidak bisa buka pintu darurat!"
Ini hanya masalah bahasa. Namun jelas ibu itu kaget dan marah-marah. Bukannya minta maaf, pramugari itu malah ngeloyor pergi, lalu seorang pramugari lain datang membantu dengan bahasa yang lebih baik. Seharusnya pramugari berbicara lebih sopan dan dengan bahasa yang lebih baik.
Kemarahan publik pun kebanyakan dilontarkan para laki-laki. Pria yang menulis seolah merasa bahwa pramugari yang baik harus dibela. Padahal situasi mungkin berbeda dari bayangan bahwa pramugari selalu sopan. Itu ilusi. Kalau Anda tahu di apartemen dekat saya tinggal, di situlah para pramugari hidup dengan dunia narkoba. Jadi pantas kadang kasar, tidak peduli, dan cuek.
Nah, dalam kasus pramugari dipukul oleh pegawai Pemprov Babel, kemungkinan pramugari salah ngomong dan si pegawai itu memang pegawai model koruptor yang lagi stress, jadi dengan gampang dia memukul si pramugari. Tapi yakinlah bahwa masalah ini akan selesai dengan kekeluargaan. Cara paling benar dan efektif adalah si pemukul mengajak kencan si pramugari. Itu langkah kompromi yang baik bagi keduanya.
Temanku malah berseloroh yang cenderung melecehkan. Kalau menurut Ahmad Fathanah bukan dipukul. Kencani saja pramugari tidak usah dipukul. Duh. Ini semata karena melihat sikap dan tingkah laku para pramugari. Apalagi untuk kelas ekonomi mereka sangat melecehkan penumpang. Banyak pramugari yang tinggi hati. Jadi kalau sampai dipukul mungkin ini hanya pelajaran saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H