Dunia kreatif saat ini tak ada habisnya dalam produksi dan inovasi karya baru akibat dari pesatnya perkembangan internet. Â Bahkan, sekarang sudah ada di tahap ekonomi kreatif yang artinya bidang ini sudah banyak menarik minat banyak orang dan menjadi sumber penghasilan bagi sebagian orang.Â
Akibatnya, sekarang banyak bermunculan lapangan kerja baru yang mengurus kebutuhan di bidang ini. Dunia kreatif akrab sekali dengan visual yang dikemas sehingga banyak menarik banyak orang. Penggunaan media sosial pada saat ini, mampu menunjang pendistribusian karya karya kreatif.
Salah satunya dalam dunia design, yang hanya bukan gambar gambar semata saja, namun dituntut mampu berkomunikasi menyampaikan pesan lewat visual sebagai implementasi komunikasi non-verbal.Â
Dalam pembuatan konten, pastilah menggunakan font dalam setiap tulisan untuk komponen pesannya. Kenal dengan Montserrat? atau Cooper Black? Pastinya font tersebut selalu menjadi top tier dalam rekomendasi font untuk konten sosial media. Â
Montserrat termasuk dalam jenis font Sans Serif dan Cooper Black jenis huruf dengan serif bulat dengan ascender panjang yang dirancang pada tahun 1919. Namun pembaca tahu tidak pembuatan font ini sudah mampu bisa mendapat cuan?
Penulis kali ini berkunjung ke Studio Gulden, sebuah studio minimalis yang berada di daerah Gempol, Condongcatur, Depok, Sleman ini sudah mampu meraup untung dari membuat font.Â
Studio Gulden ini diprakarsai oleh Umar Al Farouq yang merupakan mahasiswa semester akhir di Universitas Amikom Yogyakarta. Umar mampu melirik usaha pada bidang kreatif ini semenjak ia duduk di kursi SMK.Â
Umar menyukai bidang ini karena ia mampu melirik masa depan pasti dalam bidang ini karena membuat font tidak bisa digantikan oleh robot. Tak hanya sendiri, Umar bekerja dengan temannya, Jodi El Ghazi. Berbeda dengan Umar, Jodi menekuni bidang ini karena mengimplentasikan  ilmu yang sudah di dapat di masa kuliah.
Dengan target market pekerja freelancer desainer serta agensi, Studio Gulden mampu meraih profit dua digit di bulan Februari 2022 ini. Keuntungan itu didapat dari font pack seharga $20 dan royalty sebesar Rp800.000 untuk setiap subscribenya.Â
Umar mampu menilik untuk kedepannya dalam bidang ini sangat cerah karena masih banyak peluang dan terbuka lebar bila diiringi kreativitas yang tinggi. Saat ini, Studio Gulden mendistribusikan fontnya ke marketplace online.Â
Untuk mampu bersaing dengan creator lain, Jodi berpendapat agar font dikenal, tentunya harus memiliki identitas atau ciri khas agar berbeda dengan yang lain, serta pentingnya branding dan konsisten dari segi karakteristik sehingga ketika melihat font tersebut, orang sudah mengenali font tersebut siapa kreatornya. Studio Gulden sendiri memiliki ciri khas yaitu font Groovy serta Display dengan warna yang unik, yaitu warna retro pop.
Karena memiliki pandangan yang jelas akan bidang ini, pria kelahiran 1998 ini berharap pemerintah bisa mendukung bidang ini secara penuh.Â
Misalnya dengan menjalin kerjasama dengan marketplace luar supaya potongan dapat di efektifkan karena pajak dirasa masih terlalu tinggi serta perlindungan akan karya dari pembajakan atau aktivitas illegal.Â
Hal ini sangat dirasa perlu karena semakin banyak creator digital yang harus mendapatkan hukum. Apalagi, saat ini banyak cara orang dapat mengambil celah yang bukan dari karyanya.
Nah, dengan pandangan yang cerah dalam bidang ini, pembaca tertarik tidak untuk menekuni bidang ini?
Umar dan Jodi tentunya memiliki pesan untuk para penerusnya jika tertarik pada bidang ini. "kreativitas serta konsisten merupakan kunci yang penting dalam bidang ini, memang bidang ini mampu menghasilkan profitnya banyak tetapi jangan hanya ikut-ikutan trend." ujarnya.Â
Jodi juga menambahkan dalam bidang ini perlu memahami pasar yang dituju jangan plagiasi dalam pembuatan font. Terakhir, harus terus bereksplorasi dan nikmati pula prosesnya, tambah Jodi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H