Mohon tunggu...
Yuckywillemtubaka
Yuckywillemtubaka Mohon Tunggu... Konsultan - Never walk alone

Orang biasa-biasa saja. Hobinya menulis,membaca,traveling, web developer dan digital marketing. Selalu tawadhu dan bersyukur adalah hal yang sakral.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Alasan Orang Indonesia Mudik

24 April 2022   11:44 Diperbarui: 24 April 2022   11:46 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakarta: yuckywillemtubaka

Salah satu kata yang paling di nanti semua orang ketika dalam perantauan, mudik menjadi  sebuah alasan yang sangat fundamental untuk bertemu sanak saudara di kampung halaman / negeri. Ketika bulan suci ramadhan datang biasanya sebagian masyarakat indonesia yang telah merantau di luar kota menanti waktunya MUDIK.

Mudik sendiri memeliki banyak pendapat, Dikutip dari Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021, mudik adalah kegiatan perjalanan pulang ke kampung halaman selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan, arti mudik sebagaimana dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik artinya pulang ke kampung halaman.

Tapi banyak anggapan kalau mudik itu berasal dari bahasa jawa yang artinya Mulih dilik atau pulang sebentar. Dikutip dari harian kompas 1 April 1992 mudik terjadi saat Ramadhan atau jelang Lebaran tak terlepas dari hakikat Idul Fitri. Secara harfiah, Idul Fitri dimaknai sebagai kembali kepada fitrah atau kesucian.

Mudik atau pulang kampung kemudian menjadi  tradisi sebagai upaya kembali ke asal usulnya.mereka ingin berjumpa dengan orang tua dan saudara di tempat dimana mereka di besarkan.

Dengan pulang ke kampung mereka akan teringat kampung yang kekal ata ingat masa lalu mereka. Mudik dinilai mampu mengingatkan manusia kembali ke fitrahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun