Bahkan ada juga orang-orang yang sepertinya terlalu takut untuk bertindak yang seharusnya karena dihantui rasa tidak enak-an ini.
Rasa tidak enak-an sisi kedua ini saya kira jarang mendominasi dunia Barat sana. Mereka cenderung apa adanya, berbicara tepat pada sasaran dengan tidak membuang-buang waktu. Antara pikiran dan perasaan mereka seperti ada pembatas profesional yang jelas. Sedangkan rasa tidak enak-an ini mendempetkan pikiran dan perasaan diaduk-aduk jadi gado-gado.
Rasa tidak enak-an ini mungkin dahulunya tercipta dengan tujuan untuk menjaga perasaan masing-masing demi etika dan sensitifitas. Namun rasanya mereka lupa kalau perasaan sendiri juga perlu dijaga. Bukan berarti yang tidak tidak enak-an tidak tahu cara menjaga perasaan pihak lain, namun mungkin mereka terlatih untuk berbicara dan bertindak sesuai apa yang perlu, bukan apa yang ingin.Â
Untuk kalian yang sudah berhasil meminimalisir rasa tidak enak-an ini, satu hal yang masih perlu kami (si penganut tidak enak-an) pelajari lagi adalah kita tidak bisa dan bukan tugas kita untuk selalu menyenangkan semua pihak.Â
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H