Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Indahnya Toleransi di Taman Iman Dairi

15 Juli 2015   02:32 Diperbarui: 15 Juli 2015   02:32 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toleransi adalah kata yang sering didengungkan. Toleransi erat berhubungan dengan agama dan keyakinan. Masing-masing mencoba untuk saling menghargai satu sama lain. Usaha untuk menggapai toleransi selalu jatuh bangun. Sebuah keberuntungan boleh saya alami dalam perjalanan pulang dari Danau Toba. Saya mengambil jalur Bukit Tele-Sidikalang-Brastagi.

Sebelum Brastagi, tepatnya di Kabupaten Dairi, saya berjumpa dengan sebuah gerbang bertuliskan Taman Wisata Iman. Tergerak rasa penasaran, saya pun memasuki gerbang itu.

Setelah menempuh jalan berliku yang dikelilingi pohon-pohon pinus, saya pun sampai di sebuah areal parkir. Lagu daerah berbahasa Batak menyambut kedatangan setiap pengunjung. Meski belum lancar berbahasa Batak, sedikit-sedikit bisalah mengerti lagu-lagu yang diperdengarkan itu. Setelah memarkirkan kendaraan dan beristirahat, saya pun melanjutkan petualangan untuk menikmati panorama keindahan di Taman Wisata Iman Dairi tersebut.

Tepat di ujung areal parkir ada sedikit penjelasan mengenai apa yang ada dalam kompleks TWI Dairi tersebut. Ternyata, bangunan ibadah ke-5 agama ada di dalam kompleks tersebut. Luar biasa. Simbol masing-masing agama mampu berdampingan dalam satu kompleks taman seluas 13 Ha. Membaca penjelasan itu, saya hanya bisa manggut-manggut. Inilah bentuk konkret toleransi. Masing-masing mampu berdampingan dengan damai. Sungguh luar biasa.

Begitu memasuki areal taman, saya disambut sebuah bangunan megah. Inilah Vihara Saddhavana. Bangunan megah ini dikelilingi oleh pagar. Sesudah bangunan ini ada taman yang cukup luas. Di taman ini dilengkapi dengan aneka wahana untuk anak-anak. Oh iya, berhubung masuknya sudah sore, saya tidak terkena tiket masuk. Biasanya setipa pengunjung yang masuk dikenakan tiket Rp 2.000,- untuk anak-anak dan Rp 5.000,- untuk dewasa.

Dari taman ini, kita sudah disuguhi pemandangan taman dengan hiasan patung berukuran besar. Ada patung Abraham yang digambarkan sedang berusaha menyembelih anaknya. Lalu ada patung Musa yang menerima 10 perintah Allah dalam bentuk loh batu. Menyusul kemudian adegan-adegan devosi jalan salib dan juga berbagai peristiwa dalam Kitab Suci yang diwujudkan dalam aneka patung berukuran besar.

Uniknya, di sekitar patung terdapat prasasti yang menunjukkan nama-nama penyumbang keberadaan patung-patung itu. Artinya, pembangunan lokasi ini tidak hanya berasal dari Pemkab Dairi, tetapi juga berasal dari para donatur.

Setelah berjalan cukup jauh melewati jalan setapak di tengah taman yang asri, kita akan melewati sebuah sungai yang bernama Lae Pandaroh. Di tepian sungai ini terdapat sebuah gua buatan yang digunakan sebagai devosi kepada Bunda Maria. Aliran sungai yang gemericik turut memberi nuansa. Aliran air di sungai ini pun membentuk air terjun yang berada persis di pinggi jalan utama Dairi-Brastagi.

Dari sini kita harus berjalan menaiki bukit. Di atas bukit, terpampang pemandangan yang luar biasa. Disinilah puncak dari area taman untuk Katolik-Kristen. Di taman yang luas ini, digambarkan suasana Golgota, tempat Yesus disalibkan. Ada panorama Yesus disalibkan dan dimakamkan.

Perjalanan menyusuri taman yang cukup jauh memunculkan rasa capek. Maklum saja, seharian saya menempuh perjalanan dari Tuk-tuk. Akhirnya saya pun hanya kuat sampai di titik ini. Perjalanan saya untuk sampai rumah masih jauh. Maka, saya pun memutuskan untuk menikmati keindahan di taman Golgota ini.

Untuk mengobati rasa penasaran, saya pun melanjutkan perjalanan mengelilingi taman wisata ini dengan menggunakan kendaraan. Jika berjalan kaki, rute perjalanan ada di dalam taman. Jika menggunakan kendaraan, kita hanya bisa menyusuri tepian taman yang dibatasi dengan tembok.

Setelah taman Golgota, terdapat taman Hindu. Di taman ini terlihat ada gapura dan pura Hindu dengan gaya arsitek Bali. Sementara di bagian akhir taman, terdapat taman luas. Inilah kompleks taman Islam. Di tengah taman terlihat miniatur Ka’bah. Di sampingnya berdiri masjid dengan warna dominan hijau dan kuning.

Meski tidak bisa menyelesaikan perjalanan mengelilingi seluruh kompleks TWI Dairi dengan berjalan kaki, namun saya bisa merasakan aroma kedamaian di tempat ini. Keberadaan simbol-simbol agama dalam satu kompleks taman menjadi sebuah cerminan hidupnya toleransi di tempat ini. Inilah yang menjadi tujuan dibangunnya kompleks taman iman di perbukitan Sitinjo, kecamatan Sitinjo, kabupaten Dairi ini: terciptanya kerukunan antar umat beragama.

Jika Anda ingin merasakan aura kedamaian dalam kebersamaan dan persaudaraan dengan agama lain, Taman Wisata Iman Dairi adalah sebuah jawaban. Letaknya berada di jalur utama Brastagi-Sidikalang, sekitar 4 jam perjalanan dari Medan. Fasilitas di kompleks TWI ini pun cukup lengkap. Hampir di setiap titik dibangun tempat-tempat beristirahat. Jika mau menginap, tersedia juga pondokan. Tampaknya rombongan besar pun bisa menginap di sini. Ada fasilitas restoran juga di sini. Jadi Anda tidak perlu khawatir dengan kebutuhan Anda selama berada di lokasi ini.

Anda tertarik datang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun