Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hobi Foto: Biaya Murah Hasil Optimal

6 September 2012   09:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:51 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_197539" align="aligncenter" width="630" caption="refleksi bunga kamboja di atas kaca (dok.pri)"][/caption]

Ada kalanya, keinginan untuk berburu foto keindahan yang tersaji di alam terhalang oleh aktifitas harian. Jika sudah demikian, timbullah perasaan kecewa. Kekecewaan itu bisa bertambah parah ketika cuaca sangat mendukung tetapi kita hanya bisa melihat tanpa mampu mengabadikan. Tambah lagi, kita dipameri karya sahabat-sahabat yang ciamik.

Kegelisahan itulah yang menimbulkan tanya. Apakah berburu foto yang cantik harus pergi dari rumah? Apakah kita tidak bisa menghasilkan foto-foto yang indah dari apa yang ada di sekitar kita?

Berangkat dari pertanyaan itulah, saya mencoba belajar untuk mengeksplorasi apa yang dimiliki. Pertama, kamera. Kamera bukan semata-mata alat yang dengan sendirinya menghasilkan hasil yang bagus. Mengenali kamera yang dimiliki adalah salah satu syarat yang musti ada supaya hasil yang didapatkan bisa optimal. Hal dasar yang harus ada adalah mengenali fitur-fitur yang ada dan sekaligus memahami fungsinya. Membaca buku manual menjadi kesimpulan supaya kita bisa mengenali kamera yang kita punyai.

Jika kita bisa mengenali kamera, maka langkah selanjutnya adalah kita akan mampu mengoptimalkan keterbatasan kamera yang kita miliki. Banyak orang bilang, hobi foto adalah hobi yang mahal. Jawabnya: bisa ya dan bisa tidak. Semuanya sangat tergantung pada bagaimana kita mengoptimalkan apa yang kita miliki. pada kesempatatan kali ini, saya ingin berbagi cara mengoptimalkan apa yang saya punyai.

Sejak awal, saya sangat tertarik dengan foto macro. Padahal harga lensa macro sangatlah takterjangkau oleh dompet. Terlalu mahal untuk ukuran seorang hobi foto seperti saya. Akhirnya pilihan saya jatuhkan untuk menggunakan converter for macro yang relatif lebih murah. Ada banyak pilihan converter, tergantung mana yang kita sukai. Setelah memilih, saya selalu tertantang untuk menaklukkan converter yang saya pilih untuk bisa menghasilkan foto yang optimal.

Sering saya ditanya apakah saya menggunakan lensa khusus macro? Jawabnya tidak. Berbekal lensa jadul (lensa manual) seharga 400. 000 (separo harga dari lensa kit) plus converter for macro, foto-foto ini saya hasilkan.

[caption id="attachment_197540" align="aligncenter" width="540" caption="refleksi bunga dalam tetesan air (dok.pri)"]

1346923498989950875
1346923498989950875
[/caption]

Apakah saya sengaja hunting ke luar rumah? Tidak juga. Foto-foto ini saya buat di kamar atau di kebun rumah. Tidak perlu repot-repot pergi jauh, tetapi kita bisa mengeksplorasi apa yang ada di sekitar kita berdiri. Semakin kita belajar, semakin kita mampu menjadi kreatif untuk mencipta. Semakin kita kreatif, semakin kita akan terpana sebab obyek sederhana mampu ditangkap oleh kamera kita dan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

Satu lagi, untuk memotret macro sering kali membutuhkan bantuan flash. Harga flash tambahan pun tidak terjangkau. Padahal, di kamera saya sudah ada internal flashnya. Namun, saya sering tidak puas karena hasilnya terlalu keras jika dipakai untuk memotret macro. Akhirnya, saya menggunakan kertas tissue untuk menutup internal flash. Hasilnya? Cahaya yang mengenai obyek tak lagi sekeras internal flash telanjang alias tanpa penutup.

Tulisan-tulisan rekan-rekan KAMPRET tentang bagaimana mengoptimalkan kamera bisa diliat di SINI. Sekali, saya yakin untuk hasil optimal kita bisa mulai dari kamera kita dan lingkungan sekitar.

Beberapa jepretan dengan menggunakan flash internal:

[caption id="attachment_197541" align="aligncenter" width="486" caption="(dok.pri)"]

13469236092099828348
13469236092099828348
[/caption] [caption id="attachment_197542" align="aligncenter" width="486" caption="terasa kerasnya (dok.pri)"]
13469236781441781392
13469236781441781392
[/caption]

Beberapa jepretan dengan flash dibungkus kertas tisue:

[caption id="attachment_197544" align="aligncenter" width="486" caption="rumahku dalam bingkai tetesan air (dok.pri)"]

1346923836204968655
1346923836204968655
[/caption] [caption id="attachment_197545" align="aligncenter" width="540" caption="gimana caranya ya? hehehhehehe.... (dok.pri)"]
13469239461393410891
13469239461393410891
[/caption]

Beberapa jepretan tanpa flash:

[caption id="attachment_197546" align="aligncenter" width="486" caption="(dok.pri)"]

1346924055751992580
1346924055751992580
[/caption] [caption id="attachment_197550" align="aligncenter" width="486" caption="(dok.pri)"]
13469243121246682649
13469243121246682649
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun