[caption id="attachment_174105" align="aligncenter" width="630" caption="kok gak berwarna?"][/caption]
Suatu ketika, ada seorang teman berkomentar begini, “Kok ga berwarna?” Komentar itu terlontar ketika melihat sebuah foto hitam dan putih yang aku tunjukkan kepadanya. Mendengar komentar itu aku hanya tersenyum. “Hitam dan putih kan juga warna” selorohku. Bagi beberapa orang, foto hitam putih atau BW dianggap aneh atau bahkan tidak menarik. Tapi bagiku justru foto hitam dan putih memiliki keunikan tersendiri.
Pertama, aku bisa menyembunyikan kegagalan memotret dengan mengubahnya menjadi hitam dan putih. Maksud hati ingin membuat foto berwarna, tetapi karena gagal, akhirnya foto itu aku convert menjadi foto hitam dan putih. Ambil contoh foto 1a. Aslinya foto itu tidak sesuai dengan yang aku harapkan. Aku mendapatkan langit yang sedikit flat. Untuk memunculkan seperti yang aku harapkan itu, aku mengubahnya menjadi hitam dan putih. Jadilah. Awan yang sedikit flat menjadi muncul sehingga kesannya menjadi berbeda dibandingkan foto aslinya.
[caption id="attachment_174106" align="aligncenter" width="432" caption="1a"]
Dibandingkan aslinya, ternyata ada perbedaan. Pada foto aslinya, tidak muncul butiran pasir alias noise atau grainy. Tetapi pada foto itu muncul. Menurut temen-temen, noise dalam foto hitam dan putih bukan sesuatu yang harus disesali. Munculnya noise itu malah bisa memberikan efek tersendiri. Aku menyebut noise sebagai efek yang sensual. Tentu masing-masing penikmat memiliki pandangan tersendiri. Hihihihi... Beda boleh kok.
Selama ini, aku menghasilkan foto hitam dan putih dengan dua cara. Cara pertama adalah mengubah foto berwarna menjadi hitam dan putih. Cara ini yang sering aku lakukan. Foto 1b ini adalah contohnya. Ketika memotret, saya tidak berpikir untuk mengubah menjadi hitam dan putih. Maklum saja, ilmu aspret selalu menjadi andalanku. Hehehhehe.. Ketikamengamati foto ini, saya merasa tertarik untuk mengubahnya menjadi hitam dan putih.
[caption id="attachment_174107" align="aligncenter" width="432" caption="1b"]
Untuk mengubah foto ini, aku menggunakan alat bantu sofware. Yang aku gunakan adalah photoshop. Katanya sih ada banyak sofware yang bisa dipake untuk mengkoreksi sebuah foto. Sofware-sofware itu bisa didownload gratis mau pun membelinya.
Cara kedua, adalah dengan menyetting picture style kamera. Kalau kita melongok ke picture style, ada beberapa menu. Aku pilih aja monochrom. Hasil jepretannya udah langsung hitam dan putih. Foto 1c adalah salah satunya. Foto ini aku hasilkan dengan setting picture style monochrom. Dengan style ini, aku punya kemudahan karena hasil fotonya sudah hitam putih. Aku tidak perlu repot-repot mengubahnya lagi. Paling dengan sedikit memberikan koreksi atas foto itu.
[caption id="attachment_174109" align="aligncenter" width="432" caption="1c"]
Awalnya aku sendiri tidak ngeh dengan foto hitam putih. “Apa sih menariknya foto hitam putih?” Pertanyaan itulah yang sering muncul. Lambat laun, aku merasa ada sesuatu yang menarik dari sebuah foto hitam putih. Foto hitam putih memiliki keunikan. Keunikan itu terutama pada permainan gelap dan terangnya. Menurutku, keunikan gradasi terang dan gelap ini menjadi kekuatan dalam foto hitam putih. Permainan gradasi gelap terang itu menciptakan sebuah kedalaman sehingga dimensi tiganya menjadi muncul. Foto menjadi lebih kuat.
Contohnya adalah foto 1d. Foto ini aku ambil dalam sebuah kerumunan malam di alun-alun. Dengan menfaatkan sela-sela kaki, aku berjuang untuk menfokuskan pada salah satu orang yang sedang jongkok. Awalnya foto berwarna. Setelah melihat hasilnya aku tergerak untuk mengubahnya menjadi foto hitam putih. Gradasi gelap terang yang ditimbulkan oleh sumber cahaya menjadikan foto ini menarik perhatianku. Kedalaman ruang yang tercipta menciptakan nuansa berbeda ketika aku bandingkan dengan foto aslinya.
[caption id="attachment_174165" align="aligncenter" width="432" caption="1d"]
Apakah foto-fotoku sudah bener-bener hitam putih? Please, jangan tanya itu ya. Aku sendiri tetep gak dong soal itu. Yang sering terpikirkan olehku sekedar menghilangkan warnanya. Aku sering tidak peduli: apa sudah bener-bener hitam putih atau masih berada pada kisaran grays. Yang aku rasakan. Hitam putih itu adalah soal gelap dan terang. Soal kadarnya, aku gak terlalu merisaukannya sih.
Semakin saya belajar motret semakin aku sadar bahwa kunci utama memotret terletak pada cahaya. Sayangnya, kesadaran itu sering terlupa. Meski sudah sadar, masih saja jurus aspret menjadi andalan utama. Hasil urusan belakang sering menjadi alasan pembenaran. Menurutku sih permainan cahaya juga menjadi penting dalam sebuah foto hitam putih. Contohnya foto 1e ini. Obyek foto mendapat cahaya dari lubang angin. Jatuhnya cahaya itu menciptakan permainan gelap terang. Efeknya, obyek menjadi terlihat lebih menonjol tanpa harus takut kehilangan detail pada obyeknya.
[caption id="attachment_174166" align="aligncenter" width="262" caption="1e"]
Belajar memotret memang mengasyikkan. Selalu ada hal baru yang aku dapatkan. Apalagi kalau sudah ketemu dengan para kompasianers di KAMPRET. Heboh dah. Racun demi racun disebarkan di sembarang tempat. Kalau tidak siap, dijamin klepek-klepek deh. Bisa-bisa, urusan masak ditinggalkan demi mendapatkan sebuah foto. Tapi semua itu adalah sebuah proses mengembangkan kemampuan. Bukan soal hasilnya, tetapi ini adalah sebuah proses yang harus aku jalani untuk menghasilkan sebuah hasil yang lebh baik. Gojlokan dan kritikan menjadi sebuah konsekuensi yang harus aku hadapi. So, apakah Anda punya masukan dan kritikan untukku?
Ini dia beberapa hasil belajarnya mengubah warni-warni foto menjadi dua warna: hitam dan putih:
[caption id="attachment_174168" align="aligncenter" width="378" caption="salah satu sisi puncak suralaya"]
2. Damascus in Black and White
3. I love you