Mohon tunggu...
yswitopr
yswitopr Mohon Tunggu... lainnya -

....yang gelisah karena sapaan Sang Cinta dan sedang dalam perjalanan mencari Sang Cinta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menjadi Semakin Dewasa

31 Juli 2010   08:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:25 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup itu sebuah guliran atas peristiwa-peristiwa. Peristiwa dalam kehidupan itulah yang terangkai menjadi satu dalam sebuah keutuhan pribadi. Suka dan duka, tawa dan tangis terkumpul menjadi sebuah memory yang membentuk diri. Dalam arti inilah, kumpulan memori yang terekam dalam diri akan mempengaruhi seluruh proses perkembangan diri.

Ada banyak orang bilang: masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menentukan dalam proses menjadi diri atau proses kepenuhan diri. Ada ungkapan juga: masa kecil kurang bahagia. Rupa-rupanya itu hendak menegaskan bahwa masa kecil merupakan masa yang demikian menentukan dalam proses perkembangan seseorang. Mungkin kita akan terheran-heran ketika melihat seseorang yang menurut umurnya sudah banyak, tapi tingkah polahnya masih kayak anak kecil. Atau sebaliknya, kita melihat seseorang yang umurnya belum seberapa, tapi pikiran dan tingkah lakunya sudah demikian dewasa.

Kok bisa ya? Mungkin pertanyaan ini akan terlontar dari bibir kita ketika melihat fenomena itu. Nyatanya bisa dan ada. Dalam dunia psikologi, katanya sich, apa yang belum ada atau apa yang belum didapatkan pada masa lalu akkan dipenuhi di masa kemudian. Ambil contoh: ketika seseorang kehilangan masa kecilnya, maka pada usia-usia remaja ia akan mencari pemenuhan atas masa kecilnya itu. Demikian seterusnya. Akibatnya adalah apa yang kita lihat itu. Umurnya sich udah 30 tahun, tapi kelakuan masih seperti umur 20 tahun. Ini semua mungkin karena umurnya terus bertambah, tapi perkembangan dan pemenuhan dirinya tidak berbarengan dengan umurnya. Ia berproses mundur dulu baru kemudian maju lagi.

Tentu bukan sesuatu yang jahat apalagi dosa. Pasti ada banyak faktor yang menyebabkan menjadi demikian. Apakah bisa disembuhkan? Yang namanya luka pasti menimbulkan bekas. Tapi seberapa parah bekas yang akan ditinggalkan, sangat tergantung pada masing-masing individu yang mengobati dan memperlakukan luka itu. Ketika kita mengalami ketidaksesuaian umur dan perkembangan diri tapi kemudian kita menutup dan tidak mau mengolahnya, maka luka itu akan semakin parah dan akut. Tetapi, ketika kita mau membukanya, mengobati dan merawatnya maka luka itu akan sembuh. Meski demikiantetap akan ada bekas yang tertinggal.

Pertama, membuka luka. Karena sumber utama berada pada kisaran masa kanak-kanak, maka mau tidak mau ya kita musti membuka kembali lembaran sejarah hidup kita dan mencari benang merahnya. Ambil contoh: ada seorang laki-laki. Ia pinter masak dan selalu rapi. Ternyata, ketika masih dalam kandungan, laki-laki ini sudah digadang-gadang akan lahir perempuan. Apa yang dibatinkan orang tua inilah yang tertanam dan membekas. Dan perlu dibuka kembali. Tentu tidak mengenakkan membukan lembaran masa lalu, apalagi jika lembaran itu terasa menyesakkan dan berat.

Tantangan terbesar ketika kita hendak membuka luka lama adalah penolakan diri. “bukan kok...” atau “tidak kok..” menjadi reffrein untuk menunjukkan penolakan. Semakin menolak, semakin sakit. Dibutuhkan keberanian untuk mengatakan IYA ketika kita sampai pada sebuah peristiwa tidak mengenakkan. Dengan membuka diri, maka kita bisa menerima luka-luka kita. Penerimaan atas luka-luka itu akan memunculkan kesadaran. Penerimaan inilah yang menjadi proses kedua.

Setelah kita bisa menerima keadaan kita, maka selanjutnya adalah menjelajahi pengalaman itu secara lebih mendalam. Menelusuri secara detail layaknya kita sedang menyaksikan sebuah film tentang hidup kita sendiri. Akan sangat menyakitkan. Akibatnya kita memilih berhenti untuk membolak-balik luka kita. Tapi ingat. Sakit sekali kemudian sembuh dari pada sakit yang kita alami hanya pelan-pelan dan tidak sembuh-sembuh.

Proses berikutnya adalah mencoba mencari apa yang dikehendaki Tuhan dalam peristiwa tersebut. Mencari titik putih atas peristiwa geap dalam hidup kita. Dalam setiap peristiwa baik suka mau pun duka, Allah punya rancangan tertentu. Inilah yang perlu kita temukan. Sayangnya kita sering menutup diri dan tidak mau membuka hati sehingga setiap perkara dalam hidup menguap begitu saja. Tanpa makna dan arti alias hanya mengalir mengikuti arus yang tidak kita kenal sama sekali. Dalam suka maupun duka, Tuhan punya kehendak atas hidup kita. Jika kita bisa menangkapnya, maka dalam peristiwa tidak mengenakkan sekali pun kita masih bisa beryukur kepada Tuhan. Syukur tas pengalaman itu dan dengan demikian kita menjadi berkembang tanpa kita sadari.

Langkah terakhir adalah menyerahkan peristiwa masa lalu itu kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang berkarya dalam hidup kita. Dengan menyerahkan segala peristiwa itu, kita membiarkan Tuhan menyempurnakan kelemahan kita.

Tag: healthsport, psikologi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun