[caption id="attachment_343959" align="alignnone" width="620" caption="gethek inilah yang berjasa bagi masyarakat antar desa. gethek inilah yang mampu menjembatani desa satu dengan yang lainnya (diambil dengan kamera handphone)"][/caption]
Tanah Sumatra Utara? Hanya sebuah angan bisa menjejakkan kaki di sana. Namun, angan itu menjadi kenyataan. Saya akhirnya sampai juga di tanah seberang. Sungguh luar biasa ketika angan menjadi kenyataan.
Beberapa bulan tinggal di pinggiran Sumatra Utara, membuatku sadar bahwa Indonesia ini demikianlah berwarna warni. Warna warni yang keindahannya tidak bisa disamakan satu dengan yang lain.
Hal yang paling mengasyikkan adalah ketika harus berangkat menuju ke tempat lain untuk melakukan pelayanan. Sungguh mengasyikkan. Sepanjang perjalanan, warna-warni Indonesia terpampang. Entah keindahan atau pertanda pembangunan yang tidak merata hanyalah soal sudut pandang semata.
[caption id="attachment_343960" align="aligncenter" width="620" caption="yang beralas kaki dan tidak beralas"]
Seperti foto ilustrasi di atas. Bagi sebagian orang, betapa mengasyikkan melihat tingkah polah kelucuan dan kepolosan anak-anak itu. Betapa bahagianya saya ketika berjumpa dengan anak-anak dengan aneka celoteh dan kepolosannya. Bagi sebagian yang lain betapa menyedihkan melihat anak-anak itu berpakaian seadanya. Betapa mengenaskan ketika anak-anak seusia merreka mengenakan sepatu baru untuk menyambut tahun baru, tetapi anak-anak ini sama sekali tidak menggunakan alas kaki.
Sebelum berjumpa dengan anak-anak yang apa adanya namun memancarkan suka cita ini, sebuah perjalanan panjang harus dilalui. Bagi orang kota, melintasi sungai menggunakan gethek pasti menimbulkan sensasi luar biasa. Pengalaman itu bisa menjadi sebuah pengalaman mendebarkan dan mengesankan. Tapi bagi masyarakat sekitar, itulah rutinitas sehari-hari yang harus mereka hadapi. Berharap untuk memiliki fasilitas yang lebih baik pun tak sanggup lagi. Mau tidak mau, pergulatan ini harus dihadapi.
[caption id="attachment_343961" align="aligncenter" width="620" caption="sepeda motor sedang dinaikkan ke atas gethek (foto diambil menggunakan kamera handphone)"]
Ketika pertama kali sampai di tempat ini, saya hanya bisa bertanya, “Hari gini masih ada tempat yang seperti ini? Katanya Indonesia itu makmur, ternyata….” Inilah sebuah cerminan pembangunan yang tidak merata. Mampu membangun? Pasti. Tapi entah kemana larinya, tak perlu dijelaskan lagi.
Uniknya, perjuangan menjadi semakin tidak ringan setelah melintasi aliran sungai yang cukup lebar itu. Jalan becek dan berlumpur harus dilalui untuk bisa sampai ke desa yang dituju. Bagi orang kota, betapa menyenangkan bermain lumpur seperti ini. Tidak bisa melihat kubangan lumpur dan jalan becek bisa menjadi sebuah pemandangan yang mengasyikkan. Namun, masyarakat sekitar sudah kenyang dengan pengalaman itu. Jalan inilah yang harus mereka lalui untuk bisa bertahan hidup. Tergelincir, jatuh, atau harus mendorong kendaraan untuk mencapai tempat tujuan adalah makanan sehari-hari mereka. Mereka taksanggup lagi mengeluh. Mengeluh hanya akan menambah beban hidup mereka.
[caption id="attachment_343962" align="aligncenter" width="620" caption="harus hati-hati dan tepat memilih jika tidak ingin tergelincir dan jatuh (foto diambil menggunakan kamera handphone)"]
Aku mencoba belajar dari mereka. Ketika tergelincir, taksanggup lagi mengumpat. Yang ada justru tertawa terbahak-bahak. Mentertawakan kebodohan karena salah memilih jalan yang aman untuk dilalui. Dengan demikian, perjalanan menjadi lebih membahagiakan. Apalagi ketika harus melewati jembatan goyang. Wowwwwww… Bayangkan saja, Anda di atas jembatan papan dengan panjang sekitar 50 meter dan pengaman jembatan kawat besi. Sementara di bawah sana air sungai berwarna coklat mengalir deras. Asyik kan?
[caption id="attachment_343963" align="aligncenter" width="620" caption="ketika harus melewati jembatan goyang.. wuiiiiii.... (foto diambil menggunakan kamera handphone)"]
Itulah segelintir potret warna-warni Indonesia. Keindahan dan keprihatinan muncul di sana. Mengasyikkan atau menyedihkan akan sangat tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Banyak orang boleh dan bebas berbicara tentang pembangunan dan masa depan bangsa dan negara, tetapi di tempat itu jangankan berharap, bermimpitentang jembatan dan jalan yang layak pun tidak lagi mampu.
[caption id="attachment_343964" align="aligncenter" width="620" caption="jalan becek, berlumpur, dan licin di antara pohon sawit"]
Lalu?
[caption id="attachment_343965" align="aligncenter" width="620" caption="betapa bahagianya mereka...."]
Ikut tantangan di SINI yuk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H