[caption id="attachment_344594" align="aligncenter" width="620" caption="salah satu sudut dermaga pangkalan susu"][/caption]
Beberapa hari ini, cuaca di Kabupaten Langkat tidak bersahabat. Mendung senantiasa menggantung menyembunyikan sinar mentari. Jadinya galau. Malas mau ke luar rumah. Dari pada kehujanan dalam perjalanan, lebih baik di rumah saja. Namun, hari ini keinginan untuk keluar demikian hebat. Keinginan itu demikian kuat sehingga tidak peduli dengan mendung yang menggantung di atas sana.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke dermaga di Pangkalan Susu. Menurut informasi, dermaga Pangkalan Susu adalah dermaga untuk kepentingan Pertamina. Maklum saja, Pangkalan Susu termasuk salah satu penghasil minyak, meski sekarang ini sudah jauh berkurang. Kapal-kapal Pertaminalah yang berlabuh di dermaga ini. Meski demikian, ada juga dermaga barang. Dermaga ini digunakan oleh para nelayan. Digunakan juga untuk mengangkut orang-orang yang akan menuju ke beberapa pulau kecil, seperti pulau Sembilan dan pulau Kampai atau sebaliknya.
Pada hari-hari tertentu, misalnya weekend, dermaga ini cukup ramai dikunjungi. Bukan hanya pasangan muda-mudi, tetapi juga keluarga-keluarga yang ingin menikmati suasana dan melepaskan penat setelah beraktifitas. Demikian juga saya. Selain ingin menikmati suasana, siapa tahu menemukan obyek menarik untuk diabadikan.
Mendekati dermaga, mendadak saya putuskan untuk berhenti. Kendaraan saya parkirkan di pinggir jalan. Saya melihat ada seorang yang sedang memperbaiki perahu. Sebuah pemandangan yang menarik untuk diabadikan. Kebetulan, Kampret sedang ada kegiatan bulanan dengan tema aktifitas. Ada bahan untuk membuat tulisan dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Siapa tahu bisa dapat pulsa 100.000. Lumayan, iseng-iseng berhadiah.
Rokok kadang mempermudah untuk berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal. Benar saja, bermula dari sebatang rokok, saya bisa ngobrol ngalor ngidul dengan bapak tua yang sedang memperbaiki perahu itu. Saya pun diajak duduk dan ngobrol di bengkelnya yang unik. Sebuah terpal yang sudah usang menjadi peneduh “kantor”. Beberapa alat pertukangan tampak berserak di bawah terpal yang disangga beberapa kayu itu. “Membuat kapal atau memperbaiki kapal itu tidak bisa terburu-buru supaya hasilnya bagus, mas” jawabnya ketika saya menanyakan berapa lama kapal yang dikerjakan itu akan selesai.
[caption id="attachment_344597" align="aligncenter" width="620" caption="bagian dalam kapal yang sedang diperbaiki"]
Di bagian luar tempat kerja itu, ada 3 buah kapal. Satu kapal sedang diperbaiki. Dua kapal lainnya menunggu giliran. Uniknya lagi, areal untuk memperbaiki kapal-kapal itu tak lagi luas. Tempat kerjanya terhimpit oleh dua bangunan rumah. Lokasi yang sangat tidak ideal untuk sebuah usaha pembuatan dan perbaikan kapal nelayan. Tapi apa mau dikata, itulah kondisi nyata yang dihadapi bapak ini.
Tidak hanya tempat usaha, bapak ini pun menghadapi persoalan lain yaitu bahan baku. “Papan untuk membuat kapal ini dari kayu Meranti, Mas. Tapi sekarang ini sudah susah mendapatkannya. Banyak pohon sudah ditebangi dan diganti dengan tanaman sawit. Entahlah nanti bagaimana”, kata bapak itu sembari menghisap rokok dalam-dalam.
[caption id="attachment_344598" align="aligncenter" width="620" caption="bengkel pembuatan dan perbaikan kapal yang terhimpit di antara dua bangunan rumah"]
Pembicaraan terus berlanjut meski kadang saya selingi mengambil foto. Tak terasa, sudah lama kami ngobrol. Saya pun berpamitan. Bapak itu pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Lucunya lagi, saya sampai lupa menanyakan nama bapak itu.
[caption id="attachment_344599" align="aligncenter" width="620" caption="memperbaiki kapal"]
Kemudian saya berjalan ke sisi sebelahnya. Tampak kapal-kapal nelayan berbagai ukuran terapung-apung. Sementara pinggi pantai terlihat demikian kumuh. Berbagai jenis sampah ada. Akibatnya bau taksedap sukup terasa. Pantai nelayan yang tak terurus. Deretan warung-warung di sepanjang jalan masuk menuju dermaga pun seolah tidak ditata dengan baik. Kesan kumuh akan segera tampak.
Meski demikian, mengasyikkan juga menyaksikan kapal-kapal nelayan dan aktifitas beberapa nelayan. Sungguh disayangkan memang jika areal dermaga Pangkalan Susu ini kurang terawat. Padahal, lokasi dermaga ini bisa menjadi tempat wisata yang menarik. Siapa yang harus memulai?
[caption id="attachment_344604" align="aligncenter" width="620" caption="dua orang nelayan sedang memperbaiki jala"]
[caption id="attachment_344600" align="aligncenter" width="621" caption="salah seorang nelayan sedang menguras air dari dalam kepal di tepian pantai yang tampak kotor oleh sampah"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H