[caption id="attachment_345878" align="aligncenter" width="496" caption="bakau yang tumbuh di tepian pantai teluk karang"][/caption]
Di balik nama Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, ternyata tersembunyi beberapa tempat yang layak untuk dijadikan sebagai destinasi wisata. Selain dermaga, masih ada beberapa lokasi lain. Salah satunya adalah Teluk Kerang. Mendengar informasi itu, saya pun tergerak untuk datang dan ingin merasakan pesona keindahan Teluk Kerang.
Bagi pendatang, ternyata tidak mudah untuk sampai ke tempat ini. Sama sekali tidak ada papan penunjuk apa pun. Jalan yang harus dilalui menuju lokasi pun penuh perjuangan. Sebagian besar jalan belum beraspal. Jalan ini pun tampaknya jalan akses ke kompleks milik Pertamina.
Sebelum sampai ke dermaga Pangkalan Susu, ada pertigaan. Saya mengambil jalan ke kanan menyusuri jalan batu belum beraspal. Di sana sini, jalan tampak berlubang dan air menggenang. Harus ekstra hati-hati supaya tidak terperosok. Setelah sekian lama menyusuri jalan ini, ada sebuah jembatan kecil dan pertigaan. Tidak ada papan petunjuk apa pun di sini. Saya memutuskan ke arah kiri. Ternyata jalan ini menuju ke areal Pertamina. Setelah bertanya kepada salah satu warga yang sedang berada di tambak ikan, ternyata saya salah jalan.
Saya pun kembali ke pertigaan dan mengambil jalan satunya lagi. Akhirnya sampai juga. Lega rasanya setelah merasakan angin laut dan melihat rimbunnya pohon bakau. Suasana ini cukup mengobati rasa lelah akibat perjalanan menuju lokasi. Sayangnya, tidak ada areal parkir yang cukup memadai.
Setelah turun ke bibir pantai, air laut masih pasang. Semakin sore, air laut itu semakin surut. Barulah saya mengerti, mengapa tempat ini diberi nama Teluk Kerang. Nama ini sangat sesuai dengan keadaannya. Begitu air laut surut, hampir sebagian besar permukaan pantai dipenuhi dengan fosil-fosil karang dengan berbagai jenis ukuran dan bentuknya. Ada yang sudah membatu. Namun di dalamnya ternyata masih ada juga kehidupan. Bukan hanya di pantai, tetapi apa pun yang terendam air laut ternyata penuh dengan fosil kerang. Asyik juga mengamati kerang-kerang itu.
[caption id="attachment_345879" align="aligncenter" width="496" caption="salah satu jenis hewan semacam kepiting berukuran kecil yang banyak di temukan di tepian teluk karang."]
Saya pun taksabar untuk mengabadikannya. Peralatan saya keluarkan dari tas. Ya ampunnnn, ternyata ada lensa yang tidak terbawa. Yang ada di tas hanya lensa manual. Byuhhh.. bagaimana caranya ini? Sambil mengeluarkan sumpah serapah, saya pun mencoba menerapkan pepatah: tidak ada rotan, akar pun jadi. Tidak ada lensa lebar, manual pun jadi. Hasilnya, cerita soal alam, tetapi rasa macro.
Sembari menikmati detail-detail di Teluk Kerang ini, muncul sebuah tanya: mengapa tidak terlihat ada upaya mengembangkan lokasi ini menjadi sebuah tempat wisata unggulan di Kabupaten Langkat ini? Pepohonan bakau yang eksotik dengan akar-akarnya yang indah bisa dikelola dengan baik sehingga menjadi sebuah daya tarik wisata. Hampir sepanjang garis pantai dipenuhi pohon eksotik ini. Saya jadi teringat dengan pengelolaan pohon bakau di kepulauan Karimunjawa. Betapa luar biasa karena pengelolaan yang baik bisa mendatangkan wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Sementara di Teluk Kerang ini, seolah dibiarkan begitu saja.
[caption id="attachment_345880" align="aligncenter" width="496" caption="kerang ini hidup atau mati?"]
Keindahan tersembunyi ini akan semakin lengkap ketika dipadukan dengan eksotiknya berbagai jenis kerang yang berserak di sepanjang tepi pantai. Bahkan, ketika selama berada di sini saya menemukan ada berbagai perangkap. Rupanya ini adalah perangkap yang dipasang untuk menangkap kepiting. Jenis kepiting air payau yang cukup terkenal di wilayah ini.
“Sore begini, perangkap dipasang. Besuk baru diambil lagi, Mas” kata seorang nelayan yang sedang memasang perangkap itu. Masih ada banyak perangkap di tentengan tangannya yang kekar itu. Meski terlihat laklagi muda, gerakan cukup gesit bergerak dari satu tempat ke tempat lain. “Namanya juga usaha. Kadang hasilnya banyak, kadang enggak dapat apa-apa” jelasnya tentang usahanya menangkap kepiting itu.
[caption id="attachment_345881" align="aligncenter" width="496" caption="tumpukan kulit kerang yang telah membatu"]
Teramat sayang, pesona keindahan di Teluk Kerang tidak dikelola dan dikembangkan dengan baik. Akibatnya hanya segelintir orang saja yang datang ke tempat ini. Itu pun sebagian besar anak-anak muda. Seperti yang saya liat sendiri. Tampak beberapa sepeda motor di parkir di pinggir jalan. Tetapi entah kemana pemiliknya.
Karakter air laut dengan ombak yang tenang di Teluk Kerang ini bisa dikembangkan menjadi sebuah alternatif wisata keluarga yang eksotik. Sayang, jika Teluk Karang ini dibiarkan begitu saja. Teramat sayang jika keindahannya dipendam. Perbaikan akses jalan dan penataan yang tepat di sepanjang tepi pantai akan menjadikan tempat ini semakin ramai dikunjungi orang. Bukan hanya retribusi, tetapi masyarakat sekitar pun akan ikut merasakan hasilnya.
Perjalanan pulang, pikiran saya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Mengapa pemerintah daerah seolah diam padahal ada mutiara indah di Teluk Kerang ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H