1-xtfvhcapw4qvmdetdjs55g-5e4f73be097f366de67c6202.jpeg
Ketika sedang berjuang mencari seseorang yang tepat untuk membangun hubungan romantis selamanya, kita terjebak dengan pikiran bahwa ternyata kesendirian itu menyenangkan. Â Akibatnya, kita terus menutup hati dan diri kita dari orang lain, dan merasa tidak ada yang bisa mencintai diri kita selain diri kita sendiri.Â
Kita menolak membangun hubungan dengan orang lain, meskipun keberadaan seseorang tersebut mampu membuat kita lebih bahagia. Kita tidak mau meninggalkan zona nyaman kita untuk orang lain.
Terkadang kita meemukan alasan sederhana dan sepele, bahwa diam-diam kita bahagia saat sesuatu terjadi begitu saja dan apa adanya.
7. KITA STUCK DI ZONA TANPA KEJELASAN
mujerseparada-5e4f72b9d541df1ad078bc82.jpg
Bagi milenial, hubungan romantis (berpacaran) yang telah melakukan hubungan seksual dianggap sebagai komitmen jangka panjang. Kenyataannya, kita terus bertanya-tanya, akan seperti apa dan dibawa kemana hubungan ini. Kita terus membuang waktu pada hubungan yang tidak jelas, yang pada akhirnya hanya membuat trauma untuk memulai hubungan yang berkomitmen dan visioner.
Beberapa orang tidak jujur mau dibawa kemana hubungan mereka, sebagian orang hanya ingin agar ego mereka terpenuhi. Kita terjebak dengan stigma kehidupan, bahwa diusia yang cukup kita harus memiliki pasangan yang sanggup menjanjikan masa depan. Tapi kenyataannya, kita hanya terus menyuapi ego kita agar tidak terlihat putus asa dan kesepian sembari terus membangun hubungan dengan orang yang tidak bisa memberi komitmen jangka panjang.
8. KITA TAK SADAR TELAH MENYAKITI ORANG LAIN
img4-5e4f74d5097f362964418342.jpg
Ketika kita menyakiti perasaan seseorang, kita tidak pernah -- walau hanya setitik perasaan bersalah atau tidak berpikir bahwa kita salah, dan tidak berusaha berbuat lebih baik. Kita selalu merasa bahwa jika seseorang sakit hati karena kita, itu adalah masalah mereka -- bukan masalah kita. Perasaan seseorang yang tersakiti oleh perkataan dan perbuatan kita, adalah urusan mereka untuk menyelesaikannya.Â
Milenial sering merasa bahwa seseorang pantas disakiti, tapi tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya diri kita sendiri lah yang toxic bagi orang lain.
9. MENJADI MILENIAL SANGAT MELELAHKAN
doctorfatigue-5e4f7593097f365bd62275c2.jpg
Saling percaya adalah hal langka dalam budaya berpacaran milenial. Kita berada ditengah-tengah budaya
hookup yang lebih mengglorifikasi hubungan seksual daripada hubungan romantis penuh kasih sayang. Kita terlalu sibuk dengan pemenuhan ego sementara, dibandikan dengan menjalani hubungan penuh komitmen seumur hidup. Kita malas berkomuikasi dari hati ke hati. Semua masalah seolah-olah selesai dengan hubungan seksual.Â
Milenial sering kebingungan dengan masa lalu mereka sendiri, sehingga menumpuk trauma dari masa lalu dan membuat diri kita sendiri menjadi sangat lelah. Kita bahkan tidak percaya kalo cinta dan kasih sayang itu benar-benar ada, karena terus-menerus bertemu dengan putus asa, sakit hati dan kekecewaan.
Ya, pada akhirnya, membangun hubungan romantis dengan komitmen seumur hidup sebagai milenial sangatlah rumit dan kompleks.
Andrea Wesley
Lihat Sosbud Selengkapnya