Kita terlalu takut orang yang kita pedulikan akan bersikap datar dan menjadi tidak tertarik pada kita.
Bagi milenial, rasa gengsi, menjaga martabat, dan reputasi jauh lebih penting, daripada perasaan bahagia jika perhatian kita berbalas dengan kepedulian orang yang kita sayang. Pada akhirnya, kita saling menunggu dan berlomba - lomba siapa yang akan memulai bersikap peduli, yang justru pelan-pelan merenggut kebahagiaan kita masing-masing.
3. BERBALAS PESAN SEPERTI PERANG, KITA TERLALU BERPIKIR STRATEGIS
Tapi sayangnya, pesan instan bagi milenial menjadi seperti medan perang. Untuk membaca dan membalas pesan dibutuhkan pola pikir strategis. Menahan waktu membalas, dan menunda membalas pesan hanya untuk menunjukkan betapa sibuknya, betapa pentingnya diri kita, betapa tidak terikatnya kita dan betapa menariknya diri kita.
Tapi tanpa kita sadari, pola pikir seperti ini adalah pola pikir yang mundur dan tertinggal. Milenial hanya membuang waktu untuk berpikir membalas pesan dan justru hal yang sesungguhnya sederhana menjadi rumit dan meresahkan hati.
4. KITA MENGHARAPKAN KESEMPURNAAN YANG TIDAK PERNAH ADA
Kita mencitrakan diri kita agar orang melihat diri kita sesempurna mungkin. Milenial selalu ingin menunjukkan bagian terbahagia mereka, tapi menyembunyikan duka, trauma dan beban hidup yang kadang justru baru terlihat saat memulai hubungan dengan orang lain.
Kita selalu memendam sakit hati karena ditinggalkan, saat memberi tahu kenyataan sebenarnya diri kita. Padahal tanpa kita sadari, kita sendiri yang memulai hubungan dengan menunjukkan betapa sempurnanya hidup kita.
5. KITA TIDAK PERNAH PUAS PADA PILIHAN
Kita terus berpindah hati dari satu orang ke orang lainnya, bahkan saat kita telah menemukan seseorang yang begitu membahagiakan, membuat diri kita menjadi lebih hebat, membuat hubungan masa depan terlihat lebih meyakinkan pun, kita tetap tidak berhenti mencari yang lebih baik lagi.
Proses mencari yang tidak berhenti ini hanya membuat hati kita lelah dan frustasi, sehingga sesugguhnya kita tidak pernah benar-benar bahagia.