Mohon tunggu...
Siti Desy Aulia
Siti Desy Aulia Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Seseorang yang menyenangi dunia literasi baca tulis, penyuka fiksi yang sekarang sedang terjebak dalam kepenulisan karya ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Melukis Tanggui bersama GenBI Kalsel, Mengangkat Eksistensi Kearifan Lokal yang Hampir Terlupakan

11 Juli 2024   21:01 Diperbarui: 12 Juli 2024   18:41 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampung Tanggui, salah satu kampung wisata di kota Banjarmasin menjadi salah satu destinasi yang cukup menarik perhatian. Tanggui sendiri merupakan topi caping yang biasanya digunakan sebagai pelindung kepala berbahan baku daun nipah dan bambu. PASTA (Painting and Visiting Tanggui's UMKM), merupakan acara yang diselenggarakan oleh Generasi Baru Indonesia (GenBI) Bidang Kewirausahaan Wilayah Kalsel dan diadakan beberapa kali dalam setahun dengan mengunjungi UMKM daerah Kalimantan Selatan. 

GenBI Kalsel mengunjungi Kampung Tanggui tepatnya pada hari Sabtu, 6 Juli 2024. Kampung wisata ini terletak di daerah Kuin Cerucuk, Banjarmasin. Meskipun demikian, biasanya pengrajin tanggui mengambil bahan baku seperti nipah di Alalak, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan

Sebagai generasi muda, peserta PASTA memperhatikan dengan seksama detail demi detail dalam pembuatan tanggui yang didemonstrasikan oleh Nenek Iram, salah satu pengrajin di sana. Beliau berusia lebih dari 70 tahun, dengan kondisi yang masih kuat, Nenek Iram meneruskan usaha ini sejak sepeninggal orang tua beliau. Pada kunjungan ini beliau memaparkan bahwa dalam proses pembuatan tanggui dibantu oleh tiga kerabatnya, salah satunya ialah Nenek Faridah. Tidak berhenti disitu saja, kami yang telah terbagi atas kelompok-kelompok kecil juga melukis tanggui bersama-sama. Hal tersebut menjadi salah satu kegiatan paling menyenangkan.

Berdasarkan pemaparan beliau, sistem pemasarannya sendiri bermacam-macam. Biasanya pengrajin menjual jasa pembuatan tanggui kepada orang yang menyediakan bahan baku dan modal. Menurut pengakuan salah satu pengrajin, untuk 100 buah Tanggui diberi jasa Rp50.000,- (Rp500,-/tanggui). Berbeda dengan Nenek Iram yang menjual sendiri tanggui buatannya tetapi juga masih menerima apabila ada yang ingin memakai jasa pembuatan tangguinya. 

Pemasaran mandiri biasanya masih melalui tangan kedua, yaitu terdapat pengepul yang datang dengan mobil bak terbuka (pick up) dan dibawa ke daerah Hulu Sungai (kebanyakan Nagara/Daha) serta saat musim ajaran baru topi tanggui juga laku sebagai syarat pada acara pengenalan lingkungan sekolah.

Di era modern ini, semakin jarang ditemui orang yang menggunakan tanggui sehingga sebagai generasi muda tampaknya kita harus lebih dapat mengerti dan memahami keragaman tradisional sehingga mampu untuk melestarikannya. Hal tersebut menjadi salah satu alasan kami memilih untuk mengunjungi kampung Tanggui sebagai target visit UMKM di kesempatan ini. Peserta dapat melihat secara langsung proses pembuatan tanggui yang dimulai dari merangkai daun nipah yang sudah dikeringkan, mengasau, menjahit, membingkai dan terakhir menukup.

"Menurut aku kegiatan ini tuh keren banget, karena dari sini aku bisa mengenal lebih dalam lagi kearifan lokal banjar berupa tanggui" ujar Noor Tasya Sagita, salah satu peserta kunjungan UMKM Kampung Tanggui ini. Sudah selayaknya, seorang mahasiswa ikut andil dalam pelestarian ragam budaya tradisional terlebih jika itu adalah daerah asal sendiri.  "Sebagai bagian dari pemuda Banjar, mengenal kerajinan ini tuh sama aja kaya mengenal jati diri kita sebagai masyarakat Banjar. 

Maka dari itu manfaatnya luar biasa banget, selain menambah ilmu pengetahuan, kita juga bisa mengenal jati diri kita sebagai masyarakat Banjar," lanjutnya lagi. Harapannya pemerintah terus mendukung dalam mengembangkan usaha di Kampung Tanggui sebagai upaya menjaga kearifan lokal tidak terlupakan.

Setiap pergantian acara dari PASTA tampak dinikmati oleh peserta, khususnya melukis tanggui. Terbukti dengan gelak tawa peserta yang bebas menuangkan ide kreativitasnya di setiap goresan kuas dan cat di tanggui masing-masing kelompok. Bahkan, beberapa peserta mengabadikan setiap momen. Tak jarang dari mereka ikut membagikan keseruan momen acara di media sosialnya. Sebagai bentuk apresiasi, terdapat reward bagi peserta yang mengunggah konten reels paling menarik kegiatan PASTA siang itu di Instagram pribadinya.

Penulis: Tirai Meirta Kartika

Editor : Siti Desy Aulia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun