Putri saya, A menceritakan pengalamannya saat mengambil mata kuliah seni musik lintas jurusan. Sang dosen usai bermain piano bertanya kepadanya, " Warna apa yang melintas di benakmu saat mendengar lagu tadi?"
Meski A terkejut mendengar pertanyaan tersebut tapi ia berusaha menjawab sesuai dengan sensasi yang dirasakannya. Herannya menurut Amira, jawaban teman-temannya tidak ada yang sama. Masing-masing menjelaskan dengan persepsi warna berbeda.
" Aku yang cuma jadi pendengar saja merasakan emosi yang teraduk-aduk, terbayang bagaimana pergolakan batin sang komponis saat menggubah lagu tersebut. Pada awal lagu kurasakan kegundahan yang dahsyat...hari yang tadinya cerah lalu dihujani debu hitam menutup pandangan beralih kelabu...perlahan jadi cerah membiru... berubah oranye dan kemerahan yang disaput siluet hitam, kemudian menghitam legam."
Menurut saya, persepsi A dan teman-temannya lebih didasari oleh gambaran imajinasi yang dibayangkan masing-masing saat mendengar lagu tersebut. Saya menduga arah pertanyaan dosen seni musik tersebut mungkin didasari adanya fenomena sindrom Sinestesia berupa gangguan sensori yang dialami oleh 3% dari populasi.
Jika suatu hari ada seseorang berujar:
" Hmmm...aku mendengar lagu My Way warnanya biru laut!"
" Hmmm ...kue ini aromanya kotak-kotak..!"
" Aku bisa mendengar suara penyakit cacar..!"
" Aku melihat angka-angka, ada yang keras dan ada yang lembek!"
" Hai...aku bisa melihat warna hari..!"
Sebaiknya kita tidak berprasangka buruk lantas menuding orang tersebut halu, gangguan jiwa, diganggu mahluk halus dll. Fenomena Sinestesia banyak dialami oleh para seniman, pelukis, penulis dan musisi sehingga sensasi persepsi yang dirasakannya berpengaruh pada hasil kreativitasnya.