Mohon tunggu...
T I
T I Mohon Tunggu... wiraswasta -

TI Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Launching Novel "Lumpur" Aneh: Semua Media Absen

13 November 2011   16:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:43 1567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_142027" align="aligncenter" width="604" caption="Launching dan Diskusi Buku, sebuah novel "][/caption] Launching dan Diskusi Buku novel berjudul "Lumpur" yang digelar pada tanggal 12 November 2011 di Jakarta ramai pengunjung. Mulai dari pecinta buku Tanah Air, sejumlah tokoh bangsa, mahasiswa, budayawan, sastrawan dan pegiat sosial hingga aktivis perempuan seperti Indrawati Soegandi hadir. Anehnya, tak satu pun wajah jurnalis, apalagi pekerja media arus utama yang terlihat. "Ada 16 Media cetak dan elektronik yang kami undang, tapi tak satupun yang datang," ujar seorang panitia acara dengan senyum kecut dan raut muka penuh tanya. Meskipun begitu, acara yang dimulai pukul 13.00 - 16.00 WIB di Functions Room Lt 2 TB Gramedia Matraman tersebut, tiga nara sumber sangat antusias mengupas seluruh kandungan isi dalam novel "Lumpur" karya Yazid R Passandre, anak muda yang mengaku bukan sastrawan tapi sangat serius selama melakukan riset bahan penulisan novel-nya di lokasi tragedi Lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo. [caption id="attachment_142055" align="aligncenter" width="640" caption="Yazid R Passandre (Penulis), Mohammad Sobary, Adhie M Massardi, Zulkifli (Nara Sumber), Rido Al Hamdi (Moderator)"][/caption] Passandre mengaku telah menghabiskan waktu risetnya hingga 3 tahun, dan tanggung-tanggung menyelesaikan mahakarya itu hingga 487 halaman. Dan, sebuah ungkapan dalam novel itu yang lekat hingga kini di memori ingatanku adalah ... "Meskipun kampung halaman kita telah jadi lumpur, kita akan tetap di sini. Kita akan pulang setiap saat lewat mimpi-mimpi kita ..." betul-betul ungkapan suara hati yang tegar tapi begitu mengharukan. Mengapresiasi keseriusan sang penulis, Mohammad Sobary, Budayawan yang turut tampil sebagai salah satu nara sumber dalam Launching dan Diskusi Buku itu mengaku bangga, karena novel "Lumpur" yang ditulis Passandre penuh pesan, disamping juga "berani berpihak" dan jauh dari kecengengan. "Novel ini adalah paduan ketulusan dan keberanian total." pungkasnya. Senada sepelantunan dengan komentar Kang Sobary, Adhie M Massardi, Aktivis dan Sastrawan yang dikenal dengan bait-bait puisi Negeri Bedebah ,yang siang itu juga menjadi pembicara tak kalah nyaring berkomentar. "Buku ini bukan sekadar novel realis, tapi bacaan yang sungguh menggugah dengan bahasa yang sangat lugas, tanpa kehilangan nilai sastra yang luhur. Beginilah kalau seniman yang bicara ... Kini kita semakin tahu, bahwa korban tragedi lumpur itu tak hanya alam dan manusia, tapi ternyata juga Cicak dan Coro ..." [caption id="attachment_142028" align="alignright" width="286" caption="Pong Harjatmo dan Novel "][/caption] Hal yang di luar dugaan panitia acara adalah kehadiran Pong Harjatmo. Pong, bintang film yang dikenal dengan aksi Corat-Coret Gedung DPR beberapa waktu silam itu tak hanya tekun mengikuti acara dan duduk di barisan kursi paling depan, tapi begitu mendapat kesempatan bertanya, ia dengan tegas menyatakan "Salah satu alasan saya berani mencorat-coret atap Gedung DPR waktu itu adalah isi novel ini!" Sayangnya, acara Launching dan Diskusi Buku yang ramai pengunjung itu menyisakan keganjilan dan keanehan yang hingga kini menjadi tanda tanya besar. Mengapa tak ada satu pun wartawan yang datang? Apakah mereka tak merasakan pekatnya lumpur di Porong?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun