5. Rumah Soekarno termasuk ranjang tidur Soekarno dan Inggit sangat jauh berbeda. Ranjang khas Bengkulu. Silakan lihat sendiri ke Bengkulu.
Jujur sebagai penikmat film baik film luar dan dalam negeri. Saya mengapresiasi para sineas Indonesia. Namun jangan latah. Gara-gara Film Habibie Ainun sukses dan luar biasa. Film Jokowi juga. Kita ikut latah membuat Film Founder Father kita sendiri. Hanung memang menghadirkan penyejuk mata untuk menikmati gambar-gambar yang indah namun menyayat ulu hati. Ini hati nurani yang berteriak. Hanung tarik itu film. Kamu tidak malu bila cucumu lahir kelak melihat Filmmu sendiri Cucumu akan tertawa. Seperti tertawa kami yang terbahak-bahak melihat adegan demi adegan Soekarno di Film yang kamu banggakan itu.
Tapi bukanlah Hanung kalau Filmnya tidak kontroversi. Itulah strategi market yang dilakukan Hanung agar filmya laris manis bak kacang goreng. Terbukti semua Filmnya laris manis, bukan? Hanung berani mengkontroversikan Bapak Bangsa ini/ Founder Father.Terbukti masyarakat tetap menyukainya. Masyarakat tetap menonton Film "Soekarno".
Mana Soekarno Putra dan Soekarno Putri. Ayah dan Ibu kandung kalian sedang dipermalukan. Mengapa kalian tidak tergerak hatinya. Hentikan Film "Soekarno". Sebelum semua generasi bangsa ini mentertawakan Soekarno dan Fatmawati. Mentertawakan bangsa ini terlahir dari tangan seorang Bapak yang genit, suka galau dan seorang Ibu yang merusak rumah tangga orang lain. Dosa apa yang bakal kita tanggung bersama. Inikah bentuk penghargaan kamu Hanung terhadap Soekarno? Apakah ini sebagai tanda balas jasa atas perjuangan Soekarno selama ini. Negara sudah kamu jual Hanung? Berapa uang yang mereka bayar ke kamu, Hanung? Saya marah. Sebagai generasi muda saya marah.Demi uang kalian gadaikan harga diri bangsa ini. Kalian jual seperti jual gorengan.
Pesan untuk Hanung jangan main-main dengan sejarah sebagai jawaban dari kata-kata jangan sekali-kali merubah sejarah (Film soekarno). Soekarno dan Famawati itu adalah Bapak dan Ibu Bangsa ini. Ibu Bapak kamu juga. Tanpa mereka tidak menutup kemungkinan kamu tidak bakal menjadi Sutradara setenar seperti hari ini.
Jangan-jangan hadirnya Film "Soekarno" ini, apakah pertanda karena Soekarno Putra dan Soekarno Putri sudah lupa kampung halamannya? Biasa jadi. Pulanglah. Biar kalian lihat betapa hebat penguasa sekarang ini di tanah kelahiran Ibumu. Mereka lebih memilih sibuk ingin membangun patung Fatmawati ketimbang memikirkan perut rakyatnya yang keroncongan tidak makan dan tidak memikirkan pendidikan generasi mudanya. Kalian tahu kenapa, Soekarno Putra dan Soekarno Putri? Itu bukti betapa cinta pada Fatmawati. Kalian tahu patungnya seperti apa? Konon Patungnya Fatmawati dengan mesin jahit, disampingnya ada Soekarno. Luar biasa bukan? Apakah ini perwujud-tan cinta yang salahkah? Cinta yang murni? Salah menilai cinta? Maka pulanglah walau hanya sebentar. Kamu akan tahu nanti. Perbaikilah cinta kami pada Fatmawati. Momen Film "Soekarno' ini rasanya tepat kalian untuk pulang kampung. Kalian akan tahu bagaimana khabarnya Pantai Pasir Putih yang disukai oleh Fatmawati dulu. Sepeda Soekarno yang selalu menunggu kalian kayuh. Saya tunggu di Pasar Minggu Bengkulu. Salam. Suara anak bangsa yang resah.