Ada yang sangat bekecamuk di dada ketika saya menonton Film "Soekarno" ada rasa bangga dan malu. Bangga karena idola saya bisa dilihat rakyat nusantara walau hanya namanya. Semua orang seluruh nusantara tahu kalau Fatmawati itu dari Bengkulu. Bahwa Bengkulu itu adalah Provinsi yang ada di Indonesia. Tak memungkiri kalau orang Bengkulu itu cantik-cantik. Benar. Takkan ada lagi orang yang bertanya pada saya bahwa Bengkulu itu di Kalimantan ya? Saya bukanlah orang yang sukuisme. Terlalu membangga-banggakan. Bengkulu. Bengkulu. Bengkulu. Selama ini sudah banyak kekeliruan yang dicengkoki pada generasi muda bangsa ini. Bila tak tahu siapa Fatmawati? Bengkulu dimana? Bukankah itu ada yang keliru selama ini. Salah sejarah maka salah langkah.
Malu. Saya malu karena di Film Soekarno, Fatmawati berbeda dengan cerita dari datuk-datuk saya. Sosok Inggit lebih menawan dan lebih menarik di banding Fatmawati. Kalau Fatmawati itu adalah sosok perempuan pejuang bangsa. Tak kenal lelah dan teguh prinsipnya. Filmnya berbeda dengan buku-buku yang saya baca. Cobalah Sutradara Hanung sebelum membuat Film "Soekarno" melakukan riset terlebih dahulu. Tanyakan pada saksi hidup yang masih ada. Sanak kerabat Fatmawati di Bengkulu dan Bukunya sendiri oleh Fatmawati sendiri ada kok. Disamping informasi yang diperoleh dari Soekarno Putra dan Soekarno Putri. Bukankah Fatmawati sangat patuh menghormati dan mencintai Soekarno. Setelah menonton Film "Soekarno" kekaguman saya dengan sosok Fatmawati mulai gundah gulana. Mengapa Soekarno Putra dan Soekarno Putri membiarkan hal ini bisa terjadi. Apa bedanya Film "Soekarno" dengan Film Hollywood atau sekelas Bollywoodpun bila hanya menyejukan mata tapi menghujam ulu hati. Saya yakin bila Fatmawati masih ada di tengah-tengah kita, maka dia akan banyak menangis.
Hal-hal yang membuat dada saya berkecamuk
Tentang Fatmawati:
1). Fatmawati mengambil suami orang lain. Benarkah sosok idola saya sejak kecil seperti itu. Bukankah Soekarnolah yang sangat mencintai Fatmawati. Coba baca ulang kisah detik-detik Soekarno menyatakan cintanya pada Fatmawati di artikel |AKU MENONTON FILM SOEKARNO KARENA ADA FATMAWATI|Begitu romantis, bukan? Mengapa dialog ini tidak masuk di Film ini. Fatmawati merebut suami orang sama artinya dia merusak rumah tangga orang lain. Sutradara lupa bahwa Fatmawati sampai akhir hayatnya dia adalah sosok perempuan yang kuat anti poligami. Kalau kita bahagia dengan satu istri mengapa mesti menambah lagi. Ini terlepas dengan Sunnah Rasul, tapi Fatmawati bukan seperti itu. Maukah kalian menyaksikan Ibu kandung kita merebut suami orang.
2). Fatmawati membakar foto-foto kenangan Soekarno dan Inggit dan sama halnya melawan Soekarno sebagai suaminya. Wajahnya yang penuh cemburu dan amarah. Tidaklah Sutradara lupa demi cintanya yang suci, Fatmawati hidup menyendiri melepaskan Soekarno dan jauh dari anak-anaknya.