Mohon tunggu...
Ruang BacaKomunitas
Ruang BacaKomunitas Mohon Tunggu... Editor - Pegiat Literasi

Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerakan Membaca dan Gerakan Menulis

21 Mei 2019   14:59 Diperbarui: 21 Mei 2019   15:19 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ikatlah ilmu dengan menulis" (Ali ibnu Abi Thalib)

***

Dalam banyak kesempatan ketika saya membimbing kegiatan literasi, baik di sekolah maupun di pesantren saya selalu memulai dengan pertanyaan "Apa itu literasi?" Jawaban yang saya dapatkan dari siswa maupun santri tentu sangat beragam, tapi sebagian besar mereka memberikan jawaban bahwa literasi itu adalah "Membaca". Jawaban ini tentu saja tidak salah meskipun belum sepenuhnya benar. Saya selalu menekankan kepada siswa maupun santri yang saya bimbing bahwa "literasi itu adalah membaca dan menulis". Ini saya katakan berulang-ulang untuk memberikan penekanan bahwa kegiatan literasi itu bukan hanya membaca, tapi juga menulis.

Terkait dengan hal tersebut, beberapa senior saya yang sudah lebih berpengalaman dalam dunia jurnalistik bahkan menyebutkan bahwa "pembaca yang baik adalah penulis yang baik dan juga sebaliknya, penulis yang baik adalah pembaca yang baik". Adagium ini konon katanya untuk melukiskan bahwa dalam konteks kegiatan literasi, membaca dan menulis adalah dwi-tunggal. Membaca dan menulis adalah dua sisi dari satu mata uang yang sama, dua aktifitas yang satu sama lain harus berjalan secara padu dan integratif. Hal ini pernah diungkapkan oleh Sayyidina Ali ibnu Abi Thalib dalam suatu frasa yang sangat tepat, "Ikatlah ilmu dengan menulis". Senada dengan ini, Imam Syafi'i juga pernah menyatakan bahwa "Ilmu itu ibarat hasil buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat," ungkapnya.

Ungkapan itu menegaskan kepada kita betapa pentingnya aktivitas menulis dalam dunia ilmu pengetahuan. Budaya literasi yang terejawantah dalam ragam bacaan dan tulisan adalah sokoguru dari peradaban manusia. Tulisan sebagai buah dari giat literasi bahkan menjadi faktor utama yang membedakan manusia prasejarah dengan manusia modern. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia banyak ditentukan oleh bagaimana kita mampu memproduksi dan mendokumentasikan ilmu pengetahuan secara tertulis. Hal ini akan menjadi warisan peradaban yang senantiasa dapat dijadikan pedoman dan mungkin juga diperbaiki, disempurnakan dan didokumentasikan kembali dengan dituliskan kembali sehingga proses dialektis ini menjadi proses yang secara terus menerus mendekatkan manusia pada kemajuan. Inilah prosesi paling urgen dan strategis bagaimana budaya literasi menjadi penopang utama kemajuan peradaban secara berkelanjutan.

Kesadaran seperti itulah yang kemudian mendorong kami untuk turut serta mendorong budaya literasi, tidak terbatas hanya pada kegiatan membaca namun juga dengan mendorong pentingnya kegiatan menulis. Jika pada awal 2016 kami menggelar acara "Banjar Membaca", maka pada 2017 kami memulai mengagendakan kegiatan "Banjar Menulis". Kegiatan "Banjar Menulis" terutama diorientasikan pada dua hal pokok. Pertama, mendorong para siswa untuk membiasakan kegiatan menulis dengan memacunya melalui kegiatan Lomba Menulis Surat untuk Wakil Rakyat. Kedua, momentum ini juga sebagai bagian dari pembelajaran berdemokrasi yang juga merupakan bagian lain dari model literasi kewargaan. Melaui lomba menulis surat untuk para wakil rakyat ini, para siswa didorong untuk menyuarakan aspirasi dan hak-hak politiknya menyampaikan aspirasi kepada para Wakil Rakyat melalui media tulisan. Kegiatan bertajuk Lomba Menulis Surat untuk Wakil Rakyat ini merupakan kerjasama kami, Yayasan Ruang Baca Komunitas (YRBK) dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjar.

Masih dalam semangat untuk mendorong pembiasaan menulis bagi para pelajar di Kota Banjar, kami juga mengadakan Lomba Review Buku (Book Review). Lomba diadakan bagi para siswa dari berbagai tingkatan, mulai dari tingkat SD, SLTP, maupun SLTA. Untuk tingkat SD, metode yang digunakan untuk Lomba Review Buku adalah model AIH yaitu mendeskripsikan cerita yang ada dalam buku dengan tiga hal: Alasan, Isi dan Hikmah (AIH). Sementara untuk tingkat SLTP dan SLTA review buku menggunakan metode jurnalistik 5W+1H (what, who, where, when, why, dan how) untuk membedah dan mendeskripsikan isi buku yang dibaca. Melalui kegiatan Lomba Review Buku ini para siswa didorong untuk membiasakan diri mengapresiasi buku karya orang lain untuk kemudian pada saatnya nanti mereka dapat menghasilkan tulisan buku karyanya sendiri.


Untuk menambah wawasan yang baik terkait dunia kepenulisan, YRBK juga menggelar Workshop Penulisan Kreatif. Kegiatan ini diikuti oleh siswa, guru, dan mahasiswa se-Kota Banjar serta para pegiat literasi yang memiliki konsen dan ketertarikan khusus pada dunia kepenulisan. Sejumlah pembicara dari kalangan kampus dan praktisi media serta trainer menulis sengaja didatangkan dengan harapan dapat membekali peserta agar mampu menghasilkan sebuah karya. Bertepatan dengan Hari Buku Nasional (Harbuknas), 17 Mei 2018 kami menyelenggarakan workshop dengan tema "Kreatif Menulis, Menulis Kreatif". Forum ini melahirkan sebuah kesadaran akan pentingnya jejaring literasi di tingkat kota dan kemudian ditindaklanjuti dengan lahirnya Forum Pegiat Literasi Kota Banjar (Pelita Banjar) yang salah satu tujuan utamanya adalah saling mendukung dan menyemangati dalam giat literasi, termasuk dan terutama dalam melahirkan karya buku sebagai output giat literasi.     

Berikutnya kami juga mengadakan "Lomba Menulis Puisi Tentang Santri". Lomba ini diperuntukkan bagi siswa SLTA (SMA, MA, dan SMK) se-Kota Banjar. Kegiatan ini merupakan kerjasama kami, YRBK dengan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Banjar dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HAN), 22 Oktober 2018. Penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dipandang sebagai hal yang tepat. Argumentasinya mengacu pada peristiwa masa lalu dimana pada 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa yang lebih dikenal dengan sebutan "Resolusi Jihad". Resolusi ini berisi seruan para ulama yang menyebutkan bahwa umat Islam wajib berjihad mempertahankan kemerdekaan. Resolusi ini menjadi bukti bahwa pesantren dan santri sebagai titik sentralnya memiliki peran signifikan dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Perjuangan bangsa ini tentu tidak akan pernah usai sampai kemerdekaan tercapai. Perjuangan yang lebih berat justru kini menanti kiprah semua warga bangsa saat ini, yakni perjuangan mengisi kemerdekaan agar bangsa ini tetap memiliki marwah dalam kancah persaingan global. Hari Santri Nasional karenanya tidak cukup diperingati sebatas seremonial, tapi harus menjadi titik tonggak untuk melakukan refleksi atas kiprah dan peranan yang perlu diemban dan dikedepankan kalangan santri untuk kemajuan bangsa. "Lomba Menulis Puisi Tentang Santri" diharapkan dapat turut menggugah kesadaran akan pentingnya peran dan kontribusi kalangan santri dalam kehidupan kebangsaan. Hal ini dapat diekspresikan melalui tulisan, dalam hal ini puisi spesial dengan tema santri dan literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun