Mohon tunggu...
Agung Sidayu
Agung Sidayu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bio Data Agung Sidayu

Chairman YPI Wira tata Buana, Special Consultative Status in ECOSOC United Nations. Address : Puri Kemayoran THB2, Jalan Landas Pacu Selatan 6A, Jakarta Pusat - INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Covid-19 Ujian bagi Globalisasi

17 April 2020   14:26 Diperbarui: 17 April 2020   14:28 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: hasil olahan penulis

ALLAH SWT seakan menjadikan Covid-19 menjadi uji coba untuk menguji manfaat besar globalisasi. Betapa tidak, hanya dalam waktu beberapa minggu saja telah terjadi berbagai kerugian financial besar besaran, Banyak negara menimbun bahan bahan kesehatan untuk kepentingannya sendiri, dan secara panik melakukan penutupan atau penundaan penerbangan yang menjadi jembatan komunikasi atau hubungan antara bangsanya.

Globalisasi menjadi sarana besar untuk penyebaranan COVID-19 sebagai suatu virus, dan penyebaraannya menjadi begitu dasayat karena adanya penyebaran kepanikan melalui sosial media atau yang sering kita sebut sebagai Hoacks. Ini tidak bermakna Globalisasi yang kita elu elukan menjadi runtuh, tetapi setidaknya kita tahu bahwa Globalisasi ternyata sangat rapuh.

Tidak seperti yang kita fahami tentang manfaat Globalisasi selama ini, yakni berkembangnya pasar internasional ,terbangunnya rantai pasokan yang fleksibel dengan mengganti satu pemasok atau komponen dengan yang lain sesuai kebutuhan. Yang pada gilirannya menghasilkan efisiensi yang lebih besar untuk meningkatkan pertumbuhan.

Sebagai yang diuraikan diatas, ternyata COVID-19, telah menunjukkan kepada kita semua betapa rentannnya sistem global ini. Terlihat dengan kepanikan sektor ekonomi dan businesses yang menjadi pendorong kemapanan, berbagai kekhawatiran berlebih terjadi sehingga produsen mobil di seluruh Eropa barat khawatir tentang kekurangan pasokan bahan baku elektronik kecil disebabkan satu produsen telah terpaksa menangguhkan produksi di salah satu pabriknya di Italia yang terkena wabah dengan dasyat. Begitu juga produksi laptop global telah mengalami penurunan sebanyak 50 persen pada Februari 2020 ,dan produksi ponsel pintar bisa turun bulan bulan mendatang. Kedua produk dibangun dengan komponen yang diproduksi oleh produsen khusus China.

Ketika para pembuat kebijakan di seluruh dunia berjuang untuk menghadapi COVID-19 untuk keselamatan penduduknya, mereka juga harus menghadapi kenyataan bahwa ekonomi global tidak berfungsi sebagaimana yang dipikirkan. Globalisasi membutuhkan spesialisasi yang menciptakan efisiensi luar biasa tetapi juga kerentanan luar biasa. Guncangan COVID-19 ini telah membuktikan betapa rentanannya Globalisasi. Dalam beberapa bulan mendatang, banyak kerentanan dan kerapuhannya akan semakin terungkap.


Hasilnya mungkin seperti yang saya sampaikan sebelumnya yakni pergeseran politik global. Demi menjaga keselamatan warganya sebagai akibat dari serangan Bagebluk ini, negara-negara berdaulat didunia bisa saja melakukan keputusan untuk memblokir ekspor- impor atau melakukan sesuatu , bahkan jika hal itu melukai sekutu dan tetangga mereka. Misalnya bagaimana Italy yang sedang diserang Bagebluk telah meminta bantuan sesama negara anggota European Unions dimana tidak satupun menggubrisnya, tetapi China melakukannya.

Kondisi yang merapuhkan dunia dan system yang selama ini dibanggakan " globalisasi" akan dimanfaatkan oleh Negara tertentu yang kaya untuk melakukan politik "kedermawanan" sebagai alat pengaruh yang lebih kuat bagi negara-negara yang mampu melakukannya. Sejauh ini, Amerika Serikat belum menjadi pemimpin dalam respon global terhadap COVID-19, dan terpaksa harus menyerahkan setidaknya sebagian dari peran itu ke China.

BAGEBLUK ini akan membentuk kembalai tatanan " GEOPOLITIK GLOBALISASI", tetapi Amerika Serikat tidak mampu beradaptasi, sebaliknya bersembunyi dibalik bageluk ini, larena terda[at beberapa faktor penting yang melemahkan peran Intersional Amerika Serikat, misalnya, kompetisi politik tajam didalam negeri, sesuatu yang harus di pertimbangkan ulang oleh para politisi Amerika Serikat, sesungguhnya kita masih sangat senang melihat peran Amerika Serikat , tetapi bukan tidak mungkin CHINA akan menggunakan masa sulit yang timbul dari negaranya ini sebagai askes untuk mengalahkan pengaruh internasional Amerika Serikat.

Kelihatannya, ekonomi China tidak dapat melakukan penyelamatan seperti yang terjadi selama krisis keuangan global. Meskipun ada peningkatan sebagian pada sisi pasokan ketika pabrik-pabrik Cina dibuka kembali, pendorong sisi permintaan untuk pertumbuhan China berada dalam masalah besar. Ekonomi china terlalu tergantung pada permintaan eksternal dari Amerika Serikat dan Eropa untuk menjadi penyelamat tunggal ekonomi global.

Sementara 12 negara yang paling terpukul oleh virus saat ini mencapai sekitar 40 persen dari ekspor Cina. Banyak dari negara-negara ini juga merupakan pemasok barang setengah jadi teratas China. Ekonomi China tidak akan dapat kembali ke lintasan pertumbuhan sebelumnya sekitar lima hingga enam persen setiap tahun sampai ekonomi Amerika Serikat dan Uni Eropa pulih juga.

Pembuat kebijakan Cina harus menahan beberapa upaya stimulus domestik mereka sampai itu terjadi, mengetahui stimulus tersebut akan memiliki dampak terbatas jika permintaan global turun. Mendanai stimulus lain yang didorong oleh kredit seperti yang dilakukan china pada 2008–9 tidak diperhitungkan karena tingginya tingkat utang keseluruhan Cina dan risiko nyata memicu runtuhnya sistem keuangannya. Dalam krisis ini, ekonomi Amerika dan Cina harus tenggelam atau berenang bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun