(DIBUAT SEBAGAI TUGAS 1.1.A.8. KONEKSI ANTAR MATERI - KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1)
OLEH: YOZA FITRIADI*
POLA FIKIR YANG BELUM MAPAN
Hakikat manusia adalah belajar. Dikenal dengan perspektif pendidikan sepanjang hayat, terus menimba ilmu dari buaian hingga liang lahat. Tak terbatas hanya di bangku sekolah atau kuliah, namun alam semesta yang terkembang juga bagian dari media pembelajaran yang luar biasa mengandung nilai. Termasuk guru yang dituntut meningkatkan kompetensi diri, tak puas hanya dengan gelar akademik yang  kaku dan berbatas angka.
Begitu pula dengan pemahaman akan filosofi pendidikan, memaknai dua sisi pembelajaran yang ternyata adalah bagian pendidikan. Ada yang lupa tentang konsep yang mulya, atau lebih banyak lagi yang lalai dan abai terhadap nuansa yang sebenarnya sudah ada. Ki Hajar Dewantara sebenarnya bukanlah nama yang asing, bapak Pendidikan Indonesia yang telah merumuskan filosofi pendidikan yang relevan. Sayangnya aplikasinya hanya sebatas konsep dan belum berbekas, retorika yang tak begitu dalam maknanya. Sehingga pembelajaran di kelas terkadang masih sebatas kewajiban, menyampingkan kodrat sebenarnya yang ternyata jauh dari sempurna.
Hinga akhirnya sebuah pemahaman datang lewat pembelajaran, berbaur dengan calon guru penggerak angkatan 7 yang mulai membuka mata. Ada konsep yang harus ditata ulang, ada proses yang harus diulang, dan ada makna yang harus direfleksikan dari pemikiran filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
POKOK PEMIKIRAN FILOSOFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA
      Terdapat beberapa pokok pemikiran filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terangkum dari berbagai buku karya beliau, seperti Pendidikan dan Pengajaran, Dasar-dasar Pendidikan dan sebagainya. Diantara pokok pemikirannya adalah sebagai berikut:
- Pendidikan Adalah Menuntun
- Pendidikan bermakna menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Sehingga muncul konsep Ing ngarso sung tuladho (yang di depan sebagai suri tauladan), Ing madya mangun karso (yang ditengah memberikan semangat ataupun ide-ide yang mendukung) dan Tut wuri handayani (yang di belakang memberikan motivasi).
- Pendidikan Sesuai Kodraat
- Pendidikan haruslah sesuai dengan kodrat alam dan zaman sang anak yang merdeka. Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat). Bermain juga salah satu kodrat anak yang dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah.
- Pendidikan Yang Berpihak Pada Anak
- Pendidikan harus berorientasi pada siswa. Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak. Pendidikan harus terletak di dalam pangkuan guru karena merekalah yang dapat "berhamba pada sang anak" dengan semurni murninya dan se-ikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada
anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas. - Pendidikan Bukan Tabularasa
- Anak bukanlah kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan Pendidikan adalah menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. Menebalkan laku anak dengan kekuatan konteks diri anak dan sosio-kultural/budaya
- Pendidikan Menumbuhkan Budi Pekerti
- Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya (perpaduan harmonis) antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat.
- Pendidikan Ibarat Petani Atau Tukang Kebun Kehidupan
- Seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam jagung misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya.
- Pendidikan Memberikan Pesan Kunci
- Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Guru dan murid berkolaborasi untuk menginisiasi/ menciptakan kedalaman (rasa takdjub dan kasmaran) spiritual, intelektual dan sosial untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia.
      Adanya pokok pemikiran Ki Hajar Dewantar ini diharapkan dapat membentuk perubahan pemikiran dan perilaku dalam dunia pendidikan
PEMBENTUKAN PERUBAHAN PEMIKIRAN DAN PERILAKU
Kehadiran pola fikir baru dan pemahaman yang bertambah diharapkan dapat memberikan progress yang baik dalam pembelajaran. Guru sebagai aktor penting dalam dunia pendidikan menjadikan pokok pemikiran KI Hajar Dewantara sebagai referensi penting.
Konsep pendidikan yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara berupa pendidikan adalah menuntun, pendidikan sesuai kodrat anak, pendidikan yang berpihak pada anak, pendidikan yang bukan tabularasa, pendidikan yang menumbuhkan budi pekerti, pendidikan ibarat petani atau tukang kebun kehidupan serta pendidikan yang memberikan pesan kunci seharusnya telah memberikan perubahan pemikiran yang nyata.
Pemikiran yang telah berubah ke arah pemahaman selayaknya dapat diterapkan dalan wujud perilaku yang bisa direfleksikan dalam pemeblajaran di kelas dan sekolah.
REFLEKSI FILOSOFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA
Refleksi filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dapat dilakukan mulai dari hal yang kecil dan sederhana di kelas atau sekolah untuk kemudian menjadi habbits atau kebiasaan yang kelak akan memberikan dampak luar biasa bagi dunia pendidikan.
Beberapa hal sudah penulis lakukan diantaranya adalah:
- Menuntun siswa untuk melakukan pembiasan hidup sehat dalam aksi sadar gizi nasional
- Memberikan hak siswa untuk belajar sesuai kodrat dan alam dengan cara melaksanakan pembelajaran di kelas memanfaatkan teknologi internet
- Memberi teladan siswa untuk berprestasi dalam perlombaan
- Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dengan pola diferensiasi sesuai dengan kemampuan siswa dalam penggunaan molymod
- Menyesuaikan konteks sosial budaya atau kearifan lokal di kompleks sekolah, semisal budaya salam dan sapa ketika memasuki gerbang sekolah dan sopan santun selama di sekolah.
- Menyisipkan penanaman budi pekerti dalam kegiatan esktrakurikuler Jurnalis of Smekta
Refleksi ini diterapkan dalam kehidupan pendidikan di sekolah. Salah satunya dapat dikontruksikan dalam pembelajaran secara konkret dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah
KONSTRUKSI PEMEBALAJARAN BERBASIS SOSIAL BUDAYA
Tanah Rejang yang menjadi tempat penulis mengabdikan diri memiliki berbagai ragam sosial budaya yang menawan. Misalnya kedurai agung yang mencerminkan nuansa bersyukur, setepung setawar yang menyiratkan perdamaian ataukah pementasan tari Kejei dalam penyambutan tamu yang bermakna sopan santun dan pengembangan bakat.
Nah hal ini dapat dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas. Mulai dari pembiasaan berdoa sebelum dan memulai pembelajaran, mengutamakan konsep diskusi berkelompk yang mencerminkan kekeluargaan serta aktivitas lainnya.
Selain itu juga dapat diterapkan dalam kegiatan berskala besar di sekolah. Pementasan senin daerah Rejang dilakukan berkala agar siswa tak melupakan budaya daerah Rejang, pembiasaan jumat bersih sebagai wujud gotong royong dan kegaiatan lainnya yang bisa memupuk karakter pembelajaran yang menyenangkan namun tetap sesuai dengan koidor sosial budaya yang ada.
Sebagai penutup, izinkan penulis mengutip pernyataan dari Ki Hajar Dewantara yang amat spesial. Beliau berkata bahwa setiap orang menjadi guru dan setiap rumah menjadi sekolah. Ya, sekolah hanyalah wujud fisik menimba ilmu. Namun lebih dari itu, pendidikan dapat dilakukan di mana saja.
*Penulis adalah Calon Guru Penggerak angakatn 7 dari Rejang Lebong, Bengkulu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H