Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Saat Tak Ada Lagi Adab dan Akhlak Antara Murid dan Guru!

12 Oktober 2023   15:15 Diperbarui: 12 Oktober 2023   15:21 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

FENOMENA ANEH ZAMAN INI!

Saya terkejut begitu membaca berita seorang guru sekolah menengah kejuruan dilaporkan terkena denda 50 juta oleh salah satu orangtua muridnya!

Ternyata dengan mudahnya saja murid melaporkan segala kesalahan guru saat mendidik murid, sekecil apapun kesalahan guru.

Tak ada lagi rasa hormat murid kepada guru karena yang ada rasa untung-rugi. Apalagi dirasa jelas-jelas ada kerugian dimata sang murid, sekecil apapun.

Rasa kasih sayang yang mulai pudar dari orang tua ke anaknya. Hingga perasaan ini menular pada sang anak. Maka saat murid berhadapan dengan guru, tak ada rasa kasih sayang diantaranya.

Kultur ketimuran orangtua dan guru yang mengedepankan rasa menghargai kian memudar. Sehingga saat anak mengadu ada kesalahan kecil yang dilakukan guru, orangtua tidak berpikir panjang lagi.

PENGARUH BURUK TERBUKANYA INFORMASI?

Siapa yang tak bisa mengoperasikan kotak pintar bernama telepon genggam? Semua fungsi pribadi ada di sana. Teknologi begitu cepat berganti, hubungan sosial juga tak perlu bertemu/ bertatap muka. Cukup semua dilakukan di depan telepon pintar ini.

Namun secangih-canggihnya suatu alat, pasti ada kelemahannya di sana. Begitupun dengan hape, nama keren dan sahabat sejati anak muda zaman now. Tak sedetikpun mereka lepas darinya. Hati-hati sifat individual dan kemandirian yang kebablasan tercipta karenanya tanpa mereka sadari.

Orangtua merasa berhasil ketika sang anak sudah bisa mengatasi keperluan pribadinya tanpa bantuannya. Dulu, kala orangtua dibuat sibuk dengan cerewetnya anak bertanya banyak hal, rasa penasaran yang besar, sampai orang tua tak bisa menjawabnya! Namun dengan kecanggihan teknologi, tak ada hal yang tak bisa dijawab oleh mesin pencarian di internet. Kini orang tua bisa bernapas lega.

Opss, tunggu dulu. Tapi benarkah orangtua benar-benar sudah percaya penuh memercayakan semua hal tentang anaknya kepada teknologi canggih ini?

BAPAK-IBU, ANAKMU BUKAN ROBOT!

Teknologi canggih memang diakui bisa meringankan tugas manusia. Bahkan robot tercanggih dengan sensor gerak dari gelombang otak telah berhasil dibuat. Semua itu di buat untuk tujuan meringankan tugas manusia sendiri. 

Tapi ada satu hal yang tak bisa digantikan olehnya, hanya manusia sejati yang bisa melakukan hal ini. Apa itu? Pekerjaan hati! Semua hal yang berhubungan dengan perasaan, emosi, rasa menghargai dan menghormati! 

Jadi kalau semua orang tua tak mengajarkan semua pekerjaan hati ini, dikhawatirkan sang anak tumbuh seperti robot! Cerdas, disiplin, cekatan, mandiri tetapi tak punya hati. Tak bisa menghargai dan menghormati orang lain. Kata kakekku: orang tak punya akhlak!

SOLUSINYA?

Tak bisa ditunda lagi permasalahan tragis yang menimpa pak guru Akbar di Nusa Tenggara Barat. Cukuplah ini kasus terakhir yang menimpa guru akibat arogansi orang tua yang tak punya akhlak!

Pastinya akhlak orangtua terhadap guru berpengaruh pada sikap sang anak kepada guru. Ketika orangtua menghormati dan menghargai guru, sang anak minimal akan melakukan hal yang sama kepada guru.

Hal positif tentang pelajaran Budi pekerti dan moral Pancasila yang telah diajarkan di sekolah kalau hanya menjadi teori, akan sulit dipahami dan dipraktekkan oleh siswa.

Alangkah bijak hal positif mengenai akhlak terhadap orang tua dan guru diimplementasikan di sekolah dan di rumah. Sebab siswa akan hanya patuh saat di sekolah dan akan abai saat di rumah. Jadi perlu ada komunikasi efektif guru dan orang tua agar pembelajaran yang telah didapat di sekolah bisa dipraktekkan juga di rumah!

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya anak taat kepada guru harus dihidupkan kembali. Rasa hormat dan patuh anak didik kepada guru fitrahnya menjadi adab, syarat mudahnya suatu ilmu diserap murid! 

PENUTUP

Kecanggihan teknologi tak bisa dielakkan. Kita tak bisa diam menggunakan teknologi lama sementara di luar sana banyak manfaat lebih yang hanya bisa diperoleh saat menggunakan teknologi terbaru. 

Namun sebagai manusia yang beradab, berbudi pekerti dan mempunyai hati nurani, selayaknya mempunyai filter akan kecanggihan teknologi itu. Mana hal baik yang bisa kita dapatkan dan mana hal buruk yang harus kita hindari. 

Sebagai orang Timur yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan bermasyarakat yang saling menghormati, tentu menghormati dan menghargai jasa guru sudah menjadi napas kehidupan sejak dulu.

 Saat nilai-nilai individual yang digembor-gemborkan oleh sosial media akhir-akhir ini, selayaknya semua orang tua membimbing anak agar tak kehilangan jati diri bangsa s

ebagai bangsa yang beradab dan berakhlak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun