Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gara-gara Bandel

29 November 2021   19:50 Diperbarui: 29 November 2021   19:52 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: www.hariansemarangeducation.blogspot.com

"Jangan lama-lama mainnya, nak. Nanti bapak mau berangkat lagi ke rumah sakit, bergantian dengan pakde. Yoyo bantu bapak ya, nanti kalau Edi mau juga boleh bantu. Itu kayu di ladang belakang rumah, dirapikan, diikat terus dimasukan kandang.Bisa ya, Nak?" pinta bapak. Aku mengangguk tanda mengerti.

Aku bergegas keluar musala, bergegas ke rumah Edi. Karena terburu-buru lari, sampai lupa kaki ini tidak memakai sandal. Tapi itu sudah biasa bagiku, maklum anak kampung, telapak kakinya sudah tebal!

Asyiknya berkumpul bersama teman main. Dari bermain gundu, petak umpet, bermain ketapel dan akhirnya tanpa terasa geng anak bolang ini sudah jauh dari kampung sendiri. Menyusuri pematang sawah dan pinggir ladang orang sudah biasa, juga hari ini. Sampai kemudian, aku tersadar, telah lupa janjiku dengan bapak selepas salat tadi!

Rencanaku mau mencurahkan isi hatiku lupa sudah dengan asyik bermain. Juga aku lalai dengan janjiku sendiri. Aduh, malangnya aku. Entah apa hukumannya nanti dari bapak yang mendidikku disiplin sejak kecil.

Aku bilang ke Edi juga semua teman geng, kalau sebenarnya aku lupa ada acara. Pamitan mau pulang duluan, eh ternyata, semua anak ikut pulang. Hatiku sedikit terhibur. Terbayang nanti semua teman bisa membantuku mengumpulkan kayu bakar.

Tapi, rencana tinggal rencana. Ketika sudah dekat rumah, cuaca yang tadinya hanya mendung tipis, tiba-tiba berganti hujan deras! Spontan, aku dan semua teman berteduh di bawah pohon pisang, manga dan jati. Seadanya, siapa yang paling dekat dengan pohon tersebut.

Karena hujan cukup deras, dan kami berteduh seadanya, maka tak ayal baju dan celana basah. Beruntung, hujan hanya sebentar. Menyisakan rasa sesal telah ingkar dengan bapak. Hari memang telah beranjak sore, namun setidaknya aku masih bisa membantu bapak mengumpulkan kayu bakar di sisa waktu.

Benar saja, saat aku sampai di ladang belakang, semua kayu dan rantingnya telah basah kembali dari yang semula kering. Ya Allah, hukuman apa yang akan aku dapat dari bapak nantinya? Bapak selalu memberi hadiah kalau aku berhasil melaksanakan tugas, tapi juga akan memberi hukuman saat aku gagal melaksanakannya.

Gayung di tempat mandi telah pecah gegara dipakai memukul pantatku saat bandel mandi berlama-lama. Itu seminggu yang lalu. Nah, sekarang apa kira-kira hukuman itu?

Teman-teman yang tahu kalau kayu bakar di ladang telah basah, hanya terdiam kaget. Tapi beberapa detik kemudian, sontak Edi tertawa terbahak-bahak dan menunjuk ke aku. Sialan, aku ditertawakan lagi, pasti dia sedang membayangkan aku dihukum bapak...

----&&&----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun