Sepulang kerja, aku sempatkan menengok si Belang di dalam keranjangnya. Oh My God! Kucing kesayanganku telah terbujur kaku! Aku sangat menyesal, kenapa sesaat sebelum berangkat bekerja, tidak aku rawat dulu?Â
Penyesalan tiada akhir karena kecerobohanku sendiri. Tak ada dokter hewan di sekitar tempat tinggalku, harus kutempuh 1 jam perjalanan untuk mendapatkannya.
Melihat aku yang seharian menangis dan terdiam seharian, istri dan anak ikut bingung. Dia menyarankan aku segera mencari atau membeli kucing yang bagus untuk dipelihara kembali. Tapi hatiku sudah terlanjur hancur, kehilangan, belum siap memelihara yang baru.
Perlu satu tahun untuk melupakan dan siap memelihara kucing lagi. Itupun tanpa disengaja. Satu sore ada anak kucing datang ke rumah, kondisi sangat kurus. Aku tidak tega untuk mengusirnya. Seperti ada dorongan di hatiku, agar aku merawat kucing itu.Â
Akhrnya aku rawat dengan telaten kucing itu dan kuberi nama "Jacky" dengan warna bulu  putih, merah dan hitam. Dia terlihat gagah setelah satu minggu rutin makan dan aku mandikan.Â
Tuhan, kali ini, ijinkan aku memelihara Jacky. Biarkan dia menemaniku selamanya, melengkapi bahagia keluargaku yang kini semua suka Jacky!
------&&&----
Pagak-Malang, 14-11-2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H