Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa PPKM Luar Jawa-Bali, kurang "heboh" dibanding PPKM Jawa-Bali?

9 November 2021   05:00 Diperbarui: 9 November 2021   05:12 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya program pemerintah menekan angka penularan Covid-19 di pulau Jawa-Bali sudah berhasil dengan signifikan! Kini masyarakat lega dengan pelonggaran peraturan kegiatan bermasyarakat (PPKM) dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Kini program pemerintah yang sama sedang bergulir di luar Jawa-Bali, tapi mengapa tidak "heboh" seperti ketika PPKM beberapa jilid diberlakukan di Jawa-Bali?

Sebenarnya, tidak ada perbedaan dalam perlakuan ketatnya PPKM, toh semua sudah baku dalam peraturan pemerintah, tidak pandang bulu! Betapa, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat dengan berbagai nama "keren" telah digulirkan, semua disambut terpaksa "manut" walau di sana-sini ada suara sumbang untuk "memberontak", berita hoax, penyangkalan dari oknum dokter tentang virus coid-19, dan lain-lain.

Dan, puncak keberhasilan pemerintah di pulau Jawa-Bali adalah program suntik vaksin covid-19 sebagai persyaratan utama dalam penggunaan moda transportasi (semua moda) dengan dibuktikan kepemilikan sertifikat vaksin di apilkasi PeduliLindungi. Betapa "tersiksa"nya masyarakat Jawa-Bali dengan aturan baru ini, coba mengabaikan, ya... tak bisa kemanapun! Ujung-ujungnya asyik ikut antri dengan semua lapisan masyarakat, dari kuli sampai bos kuli, dari santri sampai kyai, dari anak (>12 tahun) sampai kakek-nenek. 

Pengalaman pahit yang tertunda dari tahun 2020 hingga pertengahan 2021, sepertinya tak mau terjadi pada masyarakat di luar Jawa-Bali. Dengan bergulirnya PPKM yang diperpanjang diharapkan mereka belajar banyak dari masyarakat di Jawa-Bali agar kehidupan tidak begitu terganggu, ekonomi tetap berputar walau melambat. Yah, setidaknya mereka, saudara kita di luar jawa-Bali tidak merasakan dampak sedahsyat di Jawa-Bali karena untuk saat sekarang, angka penularan sudah menurun, tidak seperti di Jawa-Bali, harus melalui berbagai upaya baru terlihat hasilnya.

Dan, satu lagi. Masyarakat di luar Jawa-Bali tidak perlu berteriak menunjukkan kalau mereka berhasil. Terbukti, publikasi tidak terlalu "heboh" seperti dulu saat kejadian serupa di Jawa-Bali. Terlepas di Jawa-Bali lebih padat penduduknya, atau lebih komplek permasalahannya, tapi proses berjalan sama dengan hasil berbeda! jangan-jangan masyarakat di luar Jawa-Bali lebih "canggih" otaknya? Diam-diam menghanyutkan.

---&&&---

Pagak-Malang, 08-11-2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun