Usai sholat taraweh, malam malam ramadan selalu berhias lantunan tadarrus al qur'an di masjid dan surau. Â Namun malam ini hujan dan petir mengubah suasana. Umi baru saja tiba di masjid ketika mendadak hujan. Ia begitu bersemangat menuntaskan program tiga kali khatam yang digagasnya. Sambil menunggu teman- teman, Umi ambill wudu. Ia benar-benar sendirian malam itu.
Seraya menunggu teman, Umi mulai melantunkan ayat demi ayat. Lembar demi lembar dilahapnya dengan lancar. Suara merdunya berbaur dengan nyanyian hujan yang tak kunjung reda. Tanpa ia sadari, di hadapannya telah duduk melingkar beberapa perempuan berjilbab membersamai Umi. Umi merasa senang karena teman-temannya telah datang.
Ketika sampai pada juz terahkir, hujan berangsur mereda. Umi kian bersemangat. Lantunan yang serempak terdengar kian menggema di dalam masjid tua itu. Sesaat lagi akan khatam pertama, pikirnya. Lantunan ayat suci perlahan mereda pada ayat terakhir. Umi melempar pandangan pada teman-temannya. Namun ia terkejut ketika mendapati dirinya sendirian. "Ke mana teman-teman ku tadi, ya?" gumamnya. Â Rasa takut merambati dirinya. Dentang jam dinding kian memacu detak jantungnya. Reflek, Umi mendekap kitab suci dan membenamkan wajah di dadanya. Dentang jam dinding berhenti pada hitungan ke duabelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H